SEKILAS INFO
  • 2 tahun yang lalu / Penerimaan Peserta Didik Baru
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan
WAKTU :

BALASAN MENCINTAI ULAMA

Terbit 18 Maret 2024 | Oleh : Admin | Kategori : Pasanan
BALASAN MENCINTAI ULAMA

Rangkuman Ngaji Minhajul Muta’allim
Senin, 18 Maret 2024
Oleh : DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA
=================================

DO’A PARA MAKHLUK BAGI PARA PENCARI ILMU

Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَمَلَا بِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي حُجْرِهَا لَيُصَلُّونَ عَلَى مَعَلِّمِ النَّاسِ الخَيْرَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT, para malaikat, penduduk langit dan bumi, hingga semut di dalam lubangnya senantiasa bersholawat kepada orang yang mengajari manusia atas kebaikan.”

KEUTAMAAN ORANG YANG BERILMU

Nabi Muhammad SAW bersabda:

وَلَفَقِيهُ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ جَاهِلٍ

Artinya “Satu orang yang faqih lebih berat bagi setan untuk menggodanya daripada seribu ahli ibadah yang bodoh”.

Syaikh Abu Ja’far berkata: “Aku mendengar dari guru yang mengatakan. Pada masa Raja Isma’il bin Ahmad terdapat seorang faqih yang bernama Nasr bin Muhammad. Suatu ketika Nasr bin Muhammad ada kepentingan dengan raja, maka ketika Nasr mendatangi raja, sang raja berdiri, memuliakannya, dan memenuhi kebutuhannya. Saat sang faqih pulang, saudara raja berkata: “Syari’atmu telah rusak”. Mendengar hal itu, salah satu orang berkata: “Sesungguhnya raja Ismail berdiri karena laki-laki tadi sebab kepeduliannya”. Kemudian raja menimpali “Aku memuliakan lelaki tersebut karena keutamaan dan keilmuannya”

Suatu ketika Raja Ismail melihat nabi Muhammad SAW dalam mimpinya, beliau berkata “Wahai Ismail, sesungguhnya engkau telah mengetahui kehormatan orang ‘alim, Allah SWT telah memutuskan bahwa anak-anakmu tidak akan menaikı tahta kerajaan selama seratus tahun dan saudaramu, Ishaq, telah lupa kepadamu”

Allah SWT telah memutuskan bahwa anak-anak dari Isma’il bin Ahmad tidak akan memiliki kendaraan sama sekali, hingga akhirnya kerajaan raja Ismail mencapai masa seratus tahun pemerintahan berkat barokah mengetahui kehormatan dan keutamaan orang ‘alim. Ini adalah riwayat yang terdapat dalam kitab Rounaqil Majalis.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

العَالِمُ حَبِيبُ الله وَلَوْ كَانَ فَاسِقًا وَالجَاهِلُ عَدُوٌّ اللَّهِ وَلَوْ كَانَ عَابِدًا

Artinya “Orang yang berilmu adalah kekasih Allah SWT meskipun ia fasiq. Sementara orang yang bodoh adalah musuh Allah SWT meskipun ia ahli ibadah.”

Banyak orang berbeda pendapat dalam pembahasan kemuliaan antara orang alim yang fasiq dan orang bodoh yang ahli ibadah.

Suatu ketika segolongan ulama’ mendatangi tempat ibadah para ‘abid yang jahil (bodoh). Kemudian dikatakan kepada mereka bahwasanya Allah SWT mengatakan: “Wahai hambaku, aku telah menerima doamu dan mengampuni dosamu, maka berhentilah beribadah dan beristirahatlah.”
Lalu para abid jahil tersebut menjawab: “Wahai Tuhanku, aku memiliki sebuah keinginan. Aku memuji dan bersyukur kepadamu dan telah menyembahmu sekian waktu”. Kemudian Allah SWT berkata: “Engkau telah salah dan kini menjadi kufur sebab kebodohanmu.”

Kemudian mereka mendatangi orang berilmu yang fasiq, dan dikatakan: “Wahai hambaku, bertakwalah kepadaku. Aku adalah tuhanmu dan aku telah menutup dosamu sedangkan kamu tidak malu kepadaku. Aku ingin menghancurkanmu”. Mendengar ucapan yang demikian, orang yang ‘alim namun fasiq tersebut mengeluarkan pedangnya lalu keluar dari tempat itu.

PILAR AGAMA ADALAH FIQIH

Segala sesuatu pastilah memiliki pondasi, dan pondasi dari agama adalah fiqih. Seseorang yang memiliki ilmu akan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Sementara orang bodoh hanya bisa memberi manfaat kepada dirinya sendiri, lantas bagaimana ia dapat bermanfaat bagi yang lain?

Tidak ada hal terberat bagi setan selain ucapan orang ‘alim yang bicaranya dengan ilmu begitu juga dalam diamnya yang berlandaskan ilmu. Pernyataan ini dinukil dari Ibrohim bin Adham yang kemudian ia menambahkan bahwa Iblis pernah berkata: “Diamnya orang bodoh lebih membahayakan dari bicaranya.”

PERBEDAAN ANTARA ORANG ALIM DAN ABID

Nabi Muhammad SAW bersabda:

بَيْنَ العَالِمِ وَالعَابِدِ مِئَةُ دَرَجَةٍ بَيْنَ كُلِّ دَرَجَةٍ مَسِيْرَةُ سَبْعِينَ سَنَةً
Artinya: “Antara orang ‘alim (orang yang berilmu) dan ‘abid (orang yang ahli ibadah) itu selisih seratus derajat dan jarak tiap derajatnya adalah perjalanan sepanjang 70 tahun.”

Kita harus senantiasa mengetahui hak-hak para ahli ilmu, bermajelis dengan mereka dan mendahulukan kepentingan mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang didahulukan oleh Allah SWT. Sesungguhnya para ahli ilmu itu berbeda, seperti firman Allah SWT:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya: Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Q.S Az Zumar. 9)

Bagaimana bisa sama? Sementara amal kebaikan yang dilakukan oleh orang yang tidak berilmu hanya diganjar 10 kebaikan sedangkan jika dilakukan oleh orang yang berilmu ganjarannya dilipatgandakan menjadi 50 sampai dengan 500.000 kali.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

يَبْعَثُ اللهُ العُلَمَاءَ فَيَقُوْلُ لَهُمْ : يَا مَعْشَرَ العُلَمَاءِ إِنِّي لَمْ أَضَعْ عِلْمِي فِيكُمْ إِلّا لِعِلْمِي بِكُمْ وَلَمْ أَضَعْ عِلْمِي فِيْكُمْ لَأُعَذِّبَكُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ

Artinya: “Allah SWT mengutus para ulama’ dan Allah berfirman kepada mereka “Wahai para ulama’, sungguh aku tidak memberikan ilmuku kepada kalian melainkan karena aku mengetahui kalian. Dan aku tidak memberikan ilmuku untuk menyiksa kalian. Sesungguhnya aku telah mengampuni kalian.”

Demikian dalam Kitab Muntakhob min Ihya’il Ulum.

BALASAN MENCINTAI ULAMA

Dinukil dari kitab Al Minhaj, Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحَاسِبُ عَبْدًا فَيَرجَحُ سَيِّئَتَهُ عَلَى حَسَنَاتِهِ فَيَأْمُرُ بِهِ إِلَى النَّارِ. فَإِذَا ذَهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى الجِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : أدرك عبدى, وأَسْأَلُهُ : هَلْ جَلَسَ مَعَ العُلَمَاءِ فِي بَيْت واحد في دار الدُّنْيَا فَأَغْفِرُ لَهُ, فَيَسْأَلُهُ فَيَقُوْلُ : لا, فَيَقُوْلُ الله تَعَالَى الجِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : أَسْأَلُهُ : هَلْ أَحَبٌ عَالِمًا فِي الدُّنْيَا, فَيَسْأَلُهُ فَيَقُولُ : لَا وَقَالَ اللهَ تَعَالَى الجِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : : أَسْأَلُهُ : هَلْ لَهُ صَدِيقِ يُحِبُّ العُلَمَاءَ فَأَغْفِرُ لَهُ فَيَسْأَلُهُ, فَيَقُولُ : بَلَى فُلاَنٌ لِي صَدِيقٌ وَهُوَ يَجْلِسُ مَعَ العُلَمَاءِ وَيُحِبُّهُمْ, فَيَقُوْلُ الله تَعَالَى : غَفَرْتُ لَكَ لِذَالِكَ.

Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT sedang menghisab seorang hamba dimana keburukannya mengungguli kebaikannya dan ia pun dimasukkan kedalam neraka. Ketika dalam perjalanan menuju ke neraka, Allah SWT berkata kepada malaikat Jibril AS “Temui hambaku dan tanyakan kepadanya “Apakah ia pernah duduk bersama ulama’ dalam satu rumah ketika ia berada di dunia sehingga aku bisa mengampuninya?”. Kemudian malaikat bertanya kepada orang tersebut dan ia menjawab: “Tidak”. Lalu Allah SWT berkata lagi kepada malaikat Jibril: “Tanyakan padanya, apakah ia pernah mencintai orang alim ketika di dunia?”. Malaikat pun menanyakan hal tersebut kemudian ia menjawab “Tidak” Kemudian Allah berkata kepada malaikat Jibril “Tanyakan padanya apakah ia memiliki teman yang mencintai ulama’? sehingga aku bisa mengampuninya”. Kemudian orang tersebut menjawab: “Ya, Fulan adalah temanku. la duduk bersama ulama dan mencintai mereka.” Lalu Allah pun berkata: “Aku mengampunimu karena sebab itu (teman yang bermajelis dan mencintai ulama’)”.

Ada sebuah syair:

الجَاهِلُونَ أَمْوَاتُ قَبْلَ مَوْتِهِمْ * وَالعَالِمُونَ وَإِنْ مَاتُوْا فَأَحْيَاءُ

“Orang-orang bodoh adalah mayat sebelum kematian mereka Sedangkan orang-orang ‘alim meskipun mati mereka tetap hidup”.
وَفِي الْجَهْلِ مَوْتُ قَبْلَ مَوْتٍ لِأَهْلِهِ * فَأَجْسَامُهُمْ قَبْلَ القُبُورِ قَبُورُ

“Kebodohan adalah kematian bagi seseorang sebelum ia mati, Raga mereka adalah sebuah kuburan sebelum mereka dikuburkan”

وَإِنَّ امْرَأَ لَمْ يَحْيَ بِالعِلْمِ مَيَّتُ* فَلَيْسَ لَهُ حِيْنَ النُّشُورِ

“Dan sesungguhnya orang yang tanpa ilmu itu seperti mati, Maka tidak ada kebangkitan bagınya sampai ia dibangkitkan”

فَذُو العِلْمِ عِزَّهُ مُتَضَاعِفُ وَذُو الْ*جَهْلِ مَيِّتُ بَعْدَ المَوْتِ تَحْتَ التَّرَابِ

“Orang yang memiliki ilmu memiliki kemuliaan berlipat-lipat, Dan orang yang bodoh adalah mayit setelah kematiannya di bawah tanah”
إِنْ فَاتَكَ الدُّنْيَا وَطِيبُ نَعِيمِهَا * فَقَدْ خَذْتَ بِالعِلْمِ خَيْرَ المَوَاهِبِ

“Apabila engkau meninggalkan dunia dengan segala kenikmatannya, Maka engkau telah mendapatkan sebaik-baiknya anugerah dengan ilmu”.

والله اعلم با الصواب

SebelumnyaKemuliaan Ilmu & Keutamaan Orang-Orang 'Alim SesudahnyaTABARRUK (MERAIH KEBERKAHAN) DENGAN PENINGGALAN ORANG-ORANG SHALEH

Berita Lainnya

0 Komentar

Lainnya