Jangan Salah Berniat Ketika Bermusyawarah

Rangkuman Ngaji Ta’lim Muta’allim
Rabu, 30 Agustus 2023
Oleh : DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA

=================================
Apabila musyawarah itu niatnya untuk menjadikan debat dan memaksakan pendapat, maka musyawarah itu tidak halal (dilarang).

Musyawarah yang halal itu hanyalah musyawarah yang tujuannya untuk menampakan kebenaran dan (menjelaskan) hal yang serupa serta untuk mencari jalan keluar.

Musyawarah itu tidak diperbolehkan apabila perdebatannya menjerumuskan teman dan tidak mencari kebenaran.

Muhammad bin Yahya ketika menemui hal yang sulit dan Ia tidak mempunyai jawabannya, maka ia berkata: Saya bukanlah orang menguasai dalam masalah ini, dan dalam masalah ini ada orang yang membahasnya. Setiap ada orang alim pasti ada orang yang lebih alim.

Faedah saling bertukar pendapat dan musyawarah itu lebih kuat dari faedahnya hanya belajar sendiri. Karena dalam musyawarah terdapat mengulang pelajaran dan mendapat tambahan pelajaran yang belum diketahui.

Diskusi satu jam lebih baik dari mengulang pelajaran selama satu bulan apabila orang yang diskusi mempunyai watak yang sehat (tidak menyimpang)

Janganlah engkau berdiskusi dengan menjerumuskan kedalam watak yang menyimpang.

Sesungguhnya tabiat itu dapat menjerumuskan orang lain. Akhlak itu dapat menular. Dan teman yang dekat dapat mempengaruhi.

Kholil bin Ahmad menyebutkan sebuah syi’ir yang mempunyai banyak faidah:
من شرطه لمن خدمه # أن يجعل الناس كلهم خدمه
Ilmu mensyaratkan kepada orang yang ingin menjadi pelayannya, untuk menjadikan semua orang menjadi pelayannya ilmu.

والله اعلم بالصواب