SEKILAS INFO
  • 2 tahun yang lalu / Penerimaan Peserta Didik Baru
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan
WAKTU :

Rangkuman Kitab Bulughul Maram hadist 81-87

Terbit 5 Desember 2021 | Oleh : Admin | Kategori : Hadist
Rangkuman Kitab Bulughul Maram hadist 81-87
Rangkuman Pengaosan Kitab Bulughul Maram Karangan Ibnu Hajar Al-Asqolani oleh DR. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA.
Ahad, 5 Desember 2021
Hadits 81 dari Jabir RA berkata, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا تَغَوَّطَ اَلرَّجُلَانِ فَلْيَتَوَارَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَنْ صَاحِبِهِ، وَلَا يَتَحَدَّثَا. فَإِنَّ اَللَّهَ يَمْقُتُ عَلَى ذَلِكَ – رَوَاهُ أَحْمَدُ. وَصَحَّحَهُ اِبْنُ اَلسَّكَنِ، وَابْنُ اَلْقَطَّانِ، وَهُوَ مَعْلُول ٌ
“Apabila dua orang buang hajat, hendaklah masing-masing bersembunyi dan tidak saling berbicara, karena Allah membenci perbuatan yang demikian itu.”
Hadits ini menjelaskan tentang perintah membawa satir (penghalang) ketika 2 orang sedang buang hajat (BAB) untuk saling menutupi dan menjaga pandangan. Hadits ini dikeluarkan dengan konteks untuk tempat terbuka seperti padang pasir yang mana tidak ditemukan kamar mandi. Selain itu, didalam hadits ini juga dijelaskan bahwa Allah tidak menyukai orang yang berbicara ketika buang hajat tanpa adanya dhorurot atau keadaan yang terpaksa. Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan disahkan oleh Ibnu Sakan dan Ibnu Qatthan.
Hadits 82 dari Abi Qatadah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
يُمْسِكَنَّ أَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ، وَهُوَ يَبُولُ، وَلَا يَتَمَسَّحْ مِنْ اَلْخَلَاءِ بِيَمِينِهِ، وَلَايَتَنَفَّسْ فِي اَلْإِنَاءِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُ لِمُسْلِم ٍ
“Janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian menyentuh kemaluannya dengan tangan kanan ketika sedang kencing. Jangan pula membersihkan bekas kotorannya dengan tangan kanan, dan jangan pula bernafas di dalam bejana (tempat air).”
Dalam hadits tersebut dijelaskan beberapa hal. Yakni, larangan membersihkan kemaluan dan dubur setelah buang hajat menggunakan tangan kanan. Sesungguhnya, tangan kanan diperuntukkan untuk sesuatu yang mulia. Jumhur ‘ulama menyepakati bahwa hal tersebut hukumnya makruh. Namun, apabila ada alasan yang mengharuskan, maka hukumnya tidak apa-apa. Selanjutnya, dilarang bernapas dalam wadah ketika sedang minum. Secara kesehatan, hal ini dapat mendatangkan penyakit karena karbondioksida yang keluar bersama napas akan masuk ke wadah minuman tersebut. Hadits muttafaqun ‘alaih.
Hadits 83 dari Salman RA berkata:
لَقَدْ نَهَانَا رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليهوسلم – “أَنْ نَسْتَقْبِلَ اَلْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ، أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ، أَوْ أَنْنَسْتَنْجِيَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ، أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ عَظْمٍ” – رَوَاهُ مُسْلِم
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar melarang kami menghadap kiblat pada saat buang air besar atau buang air kecil, beliau melarang kami dari beristinja’ dengan tangan kanan, kami juga dilarang beristinja’ kurang dari tiga batu, dan beliau melarang pula beristinja’ (membersihkan kotoran) dengan kotoran atau tulang.” Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Isi hadits ini sama dengan hadits sebelumnya yang membahas tentang larangan menggunakan tangan kanan ketika beristinja’. Rasulullah juga melarang beristinja’ dengan menghadap qiblat (jika di tempat terbuka seperti padang pasir). Disebutkan juga bahwa Rasulullah SAW melarang para sahabat untuk beristinja’ kurang dari 3 batu (atau 3 sisi batu) karena khawatir tidak bisa membersihkan sepenuhnya. Beliau juga melarang para sahabat membersihkan kotoran dengan kotoran (sesuatu yang kotor) dan juga tulang.
Hadits 84
وَلِلسَّبْعَةِ مِنْ حَدِيثِ أَبِي أَيُّوبَ – رضي الله عنه – – لَا تَسْتَقْبِلُوا اَلْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ وَلَابَوْلٍ، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا –
Menurut imam yang tujuh (Imam 7) dari hadits Abu Ayyub RA, “Janganlah buang hajat atau kencing menghadap kiblat atau membelakanginya. Akan tetapi, menghadaplah ke arah timur atau barat.” Hadits Riwayat Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi, Imam An-Nasai, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad.
Maksud dari hadits tersebut adalah kita dilarang menghadap qiblat ketika buang hajat di tempat terbuka. Hal tersebut tidak lagi berlaku ketika berada didalam ruangan tertutup.
Hadits 85 dari Sayyidah ‘Aisyah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَتَى اَلْغَائِطَ فَلْيَسْتَتِرْ – رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ
“Barangsiapa hendak buang hajat, maka hendaknya ia menutupi diri.’” Diriwayatkan oleh Abu Daud
Hadits 86 إِذَا خَرَجَ مِنْ اَلْغَائِطِ قَالَ؛ “غُفْرَانَكَ” – أَخْرَجَهُ،اَلْخَمْسَةُ. وَصَحَّحَهُ أَبُو حَاتِمٍ وَالْحَاكِم
Diriwayatkan pula dari Sayyidah ‘Aisyah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW jika keluar dari buang hajat, beliau berdoa, “Ghufronaka” (artinya: Aku memohon ampunan-Mu). Dikeluarkan oleh Imam yang lima, dan disahihkan oleh Al-Hakim dan Abu Hatim.
Hadits 87 dari Sahabat Ibnu Mas’ud RA berkata,
وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ – رضي الله عنه – قَالَ: – أَتَى اَلنَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – اَلْغَائِطَ، فَأَمَرَنِي أَنْ آتِيَهُ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ، فَوَجَدْتُ حَجَرَيْنِ، وَلَمْ أَجِدْ ثَالِثًا. فَأَتَيْتُهُ بِرَوْثَةٍ. فَأَخَذَهُمَا وَأَلْقَى اَلرَّوْثَةَ، وَقَالَ: “هَذَا رِكْسٌ” – أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيّ ُزَادَ أَحْمَدُ، وَاَلدَّارَقُطْنِيُّ: – ائْتِنِي بِغَيْرِهَا –
Dari Ibnu Mas’ud RA berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak buang hajat lalu beliau menyuruhku untuk mengambilkan tiga batu, kemudian saya hanya mendapatkan dua biji dan tidak menemukan yang ketiga. Lalu saya membawakan kotoran binatang. Beliau mengambil dua biji batu tersebut dan membuang kotoran binatang seraya berkata, “Ini kotoran menjijikkan.” (Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari. Imam Ahmad dan Ad-Daruquthni menambahkan, “Ambilkan aku yang lain.”) Hadits riwayat Imam Bukhari
Hadits ini menerangkan bagaimana hukum beristinja’ dengan menggunakan sesuatu yang kotor dan menjijikkan seperti kotoran. Hal tersebut tidak diperbolehkan.
Wallahu a’lam bisshowab
SebelumnyaOrang Yang Paling Baik Agamanya SesudahnyaKemakruhan-Kemakruhan di Dalam Sholat Dan Sujud Sahwi

Berita Lainnya

0 Komentar

Lainnya