SEKILAS INFO
  • 2 tahun yang lalu / Penerimaan Peserta Didik Baru
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan
WAKTU :

Perjuangan para Kiai dan ulama berhasil merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang hampir dikuasai Inggris dan tentara sekutu

Terbit 18 Oktober 2022 | Oleh : Admin | Kategori : Forum Kyai
Perjuangan para Kiai dan ulama berhasil merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang hampir dikuasai Inggris dan tentara sekutu

Kyai kami DR. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA., menjadi pembicara dalam acara TVKU Ulama Menyapa dengan tema:” Urgensi Hubbul Wathon Minal Iman Di Jawa Tengah Masyarakat”. Dalam acara ini beliau menyampaikan mengenai perjuangan para kyai dan santri dalam menjaga dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Hari Santri Nasional berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 sebuah penghargaan yang diberikan Pemerintah RI kepada para kiai dan santri  yang telah berjuang menjadi Hari Pahlawan Nasional 10 November 1945 yg berguguran pada pertempuran itu dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang baru berusia 2 bulan.

Kemerdekaan negara RI baru 2 bulan, tentara Inggris setelah memenangi perang dunia II mengalahkan Jpang, lalu mengusir Jepang  dari bumi pertiwi Indonesia, dan terntara Inggris diboncengi tentara Nika Belanda ingin kembali mengambil alih kemerdekaan Indonesia. Kiai Hasyim Asy’ari, kakek dari Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pendiri Pesantren Tebuireng sekaligus pendiri ormas Islam terbesar Nahdlatul Ulama (NU), mendukung upaya kemerdekaan dengan menggerakkan para santri, yang dinamai Laskar Hisbullah atau barisan santri pembela negara. Melalui fatwa jihad tersebut,  kemudian dikenal sebagai resolusi jihad melawan penjajah pada tanggal 22 Oktober 1945.

Pertempuran selama 3 minggu berawal dari dari seruan Resolusi Jihad Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari meletus pertempuran melawan penjajah di beberapa tempat di Indonesia. Salah satu yang paling terkenal adalah peristiwa pertempuran di Surabaya tanggal 10 November 1946 yang menewaskan Jenderal Sekutu asal Ingris AWS Mallaby. Pertempuran ini sendiri terjadi selama hampir tiga minggu, dari 17 Oktober hingga 20 November 1945.

Sejarah panjang santri dan perjuangannya dalam memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) inilah yang membuat Pemerintah akhirnya mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 sebagai acuan Hari Santri.

“Para santri selalu ingat untuk berjihad untuk bangsa, untuk Tanah Air dan tumpah darah Indonesia kita tercinta. Untuk itu, dengan seluruh pertimbangan, pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional oleh Presiden Jokowi di Masjid Istiqlal saat peresmian har Santri Nasional.

Demikianlah sejarah singkat hari Santri dan alasan kenapa diperingati tiap 22 Oktober. Hari Santri ini juga tidak lantas hanya ‘milik’ para santri saja, tapi juga milik semua golongan sebab spiritnya adalah tentang perlawanan melawan penjajah dan upaya mempertahankan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara.

Sifat nasionalisme (cinta pada bangsa) harus tumbuh dalam diri seorang santri. Dengan melihat sejarah, para santri akan faham bahwa Kiai, ulama, dan para santri memiliki peran besar dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bukti nasionalisme. Inilah urgensi makna Hubbul Wathon minal Iman.

Peristiwa 22 Oktober 1945, merupakan bukti jihad para Kiai, ulama, dan para santri yang rela berkorban demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kekuatan besar santri terletak pada amalan-amalan yang didapatkan dari pondok pesantren. Salah satu amalan yang dilakukan para santri untuk membentengi diri dari para penjajah waktu itu dengan membaca hizb nashar (upaya batin untuk mengalahkan para penjajah). Amalan tersebut hingga kini masih diamalkan di beberapa pondok pesantren untuk menjaga diri dari para musuh.

Sejarah ini dikubur dalam-dalam pada masa orde baru, bahakan tidak mau menyebut kyai dan santri tapi arek-arek Surabaya.

Padalah kyai, santri, bersama TKR saat itu bersatu pada dan gugur syuhadak setidaknya 6000 santri yang terkumpul dari pesantren tapal kuda yang dikirim dari pesantren Tebuireng Jombang dalam pertempuran itu dipimpin seorang kyai sakti KH Abbas, Bunten Cirebon.

Semoga santri dan anak bangsa mengetahui sejarah, bahwa nasionalisme adalah suatu kewajiban. Dan semoga santri dapat meneruskan perjuangan ulama terdahulu dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Aamiin allahumma aamiin

SebelumnyaRangkuman Kitab Bulughul Maram: Hadis 235-238 SesudahnyaMenyambut Hari Santri Nasional 22 Oktober, Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Mengadakan Mujahadah Maulid Diba’ dan Burdah.

Berita Lainnya

0 Komentar

Lainnya