DR. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA menjadi pembicara dalam acara Panggung Demokrasi
Selasa, 15 Juni 2021
DR. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA menjadi pembicara dalam acara Panggung Demokrasi yang diadakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Semarang dengan tema “Membangun Imunitas Radikalisme”. Berikut cuplikan isi dari materi yang disampaikan beliau tentang “Identifikasi ideologi transnasional di Indonesia”:
“Transnasional adalah dimana suatu negara sudah tidak bisa lagi menyaring atau membentengi ideologi dari luar untuk masuk baik melalui jalur politik, ekonomi, dan sebagainya. Kalau dulu masih bisa dibatasi oleh Pemerintah, Menteri Penerangan, dan aparat lain yang berwenang.
Sebelum pengeboman menara kembar WTC 11 September 2001 di Amerika, sudah ada ramalan tentang benturan peradaban antara timur (Islam) dengan barat yang diterbitkan kedalam buku oleh Samuel Hantington. Dan saat Timur Tengah sedang porak poranda, ketika dunia sudah mulai menyusun strategi global, transnasional mulai masuk ke Indonesia pasca turunnya pak Harto (1999), saat keadaan negara belum stabil. Oleh karena itu, ideologi timur tengah yg dulu sulit masuk ke Indonesia, pasca reformasi berdatangan masuk Indonesia sebagaimana Wahhabi/Salafi (Arab Saudi) Ikhwanul Muslimin (Mesir), Hisbut Tahrir (Lebanon) Jamaah Islamiyah (Pakistan) dll.
Maka Indonesia menjadi pertempuran segala idiologi transnasional.
Strategi global lalu dilanjutkan dengan membuat Alkaeda untuk memporak porandakan Timur Tengah dengan dimulainya tumbangnya Saddam Hussein Presiden Iraq (2004), Ben Ali Tunisia (2010), Hosni Mubarak Mesir (2011) , Muammar Kadafi Libya (2011), Basyar Asad Syria mampu bertahan sampai sekarang, sekalipun di berikan hegenomi ISIS.
Setelah itu membuat isu Arabic Spring, dengan seakan timur tengah menjadi negara yang bersemi baik, padahal sesungguhyua dilemahkan untuk dijajah dan dikuasai secara politik dan ekonomi.
Setelah itu, Indonesia menjadi pertempuran segala ideologi dunia baik itu ideologi komunis dari China, ideologi liberalisme dari Amerika Serikat, sampai ideologi Islam Radikal dari Timur Tengah.
Saat WTC dibom, itulah permulaan Islam dijadikan kambing hitam. Negara Islam di Timur Tengah mulai hancur, dengan melontarkan opini Islam Teroris (Osama Bin Laden) sebagai buron, dimulai dari Iraq (2004) presiden-presidennya diturunkan dibunuh. Dan setelah itu muncullah Al-Qaeda dan disusul ISIS. Sampai hari ini, walupun organisasi itu telah hancur, ideologinya tetap tertanam dan Indonesia dijadikan salah satu sasaran empuk. Dan sayangnya, masyarakat Indonesia tidak memahami itu.
Setelah merusak Timur Tengah, dunia ingin menghancurkan Indonesia karena menjadi salah satu negara Islam terbesar didunia, persatuan yang kuat, dengan ekonomi yang stabil, sumber alam yang melimpah, ulamanya banyak, serta wilayah yang luas. Ulama diserang melalui isu agama yang tujuannya adalah untuk memecah belah Indonesia.
Oleh karena itu, semua unsur baik masyarakat, pemerinta, dan ulama harus ikut berperan dalam menjaga stabilitas dan keamanan Indonesia.”