PERINGATAN BAGI YANG MEMUSUHI ULAMA
Rangkuman Ngaji Minhajul Muta’allim
Senin, 25 Maret 2024
Oleh : DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA
=================================
PERINGATAN BAGI YANG MEMUSUHI ULAMA
Ilmu bagi para ulama’ adalah warisan dari para Nabi, seperti sabda Rosulullah SAW:
العُلَمَاءُ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ
Artinya “Para ulama’ adalah pewaris para Nabi.”
Orang yang berakal adalah orang yang melakukan pencarian terhadap ilmu dan keagungan ilmu serta memuliakan orang yang berilmu. Orang yang berakal tidak melihat ulama’ dengan tatapan menyepelekan karena ia tahu bahwa ilmu merupakan sesuatu yang agung dan tentunya tidak mungkin dimiliki kecuali oleh orang yang agung.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
مَنْ أَهَانَ عَالِمًا أَهَانَهُ اللَّهُ تَعَالَى يَوْمَ القِيَامَةِ
Artinya : Barangsiapa menghina orang alim maka Allah SWT akan menghinanya pada hari kiamat”.
مَنْ أَذَلَّ عَالِمًا أَذَلَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بَيْنَ الخَلَائِقِ
Artinya : Barangsiapa merendahkan orang alim maka Allah SWT akan merendahkannya pada hari kiamat diantara para makhluk.”
مَنِ احْتَقَرَ صَاحِبَ الْعِلْمِ فَقَدْ إِحْتَقَرَنِيْ، ومَنْ إحْتَقَرِنِي فَقَدْ احْتَقَرَ اللَّهُ تَعَلَى وَمَنْ إحْتَفَرَ اللَّهُ تَعَالَى فَلَهُ النَّارُ
Artinya: “Barangsiapa menghina pemilik ilmu maka sesungguhnya ia
telah menghinaku, dan barangsiapa menghinaku maka sebenarnya la telah menghina Allah SWT, dan barang siapa menghina Allah SWT maka baginya adalah neraka.
مَنْ اَذَى عَالِمًا فَقَد اَذَانِيْ، وَمَنْ أَذَانِيْ فَقَدْ أَذَى اللَّهُ ، وَمَنْ أَذَى اللَّهُ تَعَالَى فَلَهُ النَّارُ
Artinya “Barangsiapa menyakiti orang ‘alim maka sesungguhnya ia telah menyakitiku, dan barangsiapa menyakatiku maka sebenarnya ia telah menyakiti Allah SWT, dan barangsiapa menyakiti Allah SWT maka baginya adalah neraka”.
Dan dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa Allah SWT berfirman :
لا تُخَقِّرُوْا عَبْدًا لِي أَتَيْتُهُ عِلْمًا، فَإِنِّي لَمْ أُحَقِّرْهُ حِيْنَ عَلَّمْتُهُ
Artinya “Janganlah kalian menghina seseorang yang telah aku beri ilmu, karena sesungguhnya aku tidak menghina seorang hamba yang mana aku telah mengajarinya.”
وَ إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا حَتَّى تَمُرُّ عَلَيْهَا حَمْلَةُ الْعِلْمِ وَطَلَابُهَا تَوَاضُعًا وَإِكْرَامًا لَهُمْ
Artinya: “Dan sesungguhnya malaikat mengepakkan sayapnya sehingga orang yang memiliki ilmu dan penuntut ilmu berjalan diatasnya sebagai bentuk merendahkan diri dan memuliakan mereka”.
TERCABUTNYA ILMU SEBAB WAFATNYA ULAMA
Nabi Muhammad bersabda:
مَنْ لَمْ يَحْزَنْ لِمَوْتِ الْعُلَمَاءِ فَهُوَ مُنَافِقٌ. فَإِنَّهُ لَا مُصِيبَةَ أَعْظَمَ مِنْ مَوْتِ الْعَالِمِ، وَمَا مُؤْمِنٌ يَحْزَنُ لِمَوْتِ الْعَالِمِ إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ ثَوَابُ أَلْفِ عَالِمٍ وَأَلْفِ شَهِيدٍ
Artinya “Barangsiapa tidak bersedih atas wafatnya ulama’ maka ia tergolong orang munafiq, karena tidak ada musibah yang paling besar kecuali saat wafatnya ulama’. Dan tidak ada bagi seorang mukmin yang bersedih karena wafatnya ulama’ kecuali Allah SWT menuliskan untuknya pahala seribu orang ‘alim dan seribu orang yang mati syahid.”
لَمَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسِرُ مِنْ مَوْتِ الْعَالِمِ
Artinya “Kematian sebuah qobilah lebih mudah daripada kematian satu orang ‘alim.
Sayyidina Umar RA mengatakan bahwa kematian seribu ahli ibadah yang selalu qiyamul lail, puasa di siang hari, itu lebih ringan daripada kematian satu orang ‘alim yang mengetahui sesuatu yang Allah SWT halalkan dan haramkan padanya.
PERUMPAMAAN ORANG AWAM DAN ULAMA
Perumpamaan orang awam dengan orang alim layaknya tukang penatu dengan matahari. Ketika tukang penatu marah atau tidak suka kepada matahari, maka kerugian akan terletak pada tukang penatu, bukan pada matahari.
Begitu juga ketika orang awam membenci orang alim, kerugian akan terletak pada orang awam, bukan pada orang alim.
Sesungguhnya daging ulama’ itu beracun, barangsiapa mencium baunya niscaya ia akan sakit, dan barangsiapa mencicipinya niscaya akan mati.
والله اعلم با الصواب