SEKILAS INFO
  • 2 tahun yang lalu / Penerimaan Peserta Didik Baru
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan
WAKTU :

MUQADDIMAH

Terbit 12 Maret 2024 | Oleh : Admin | Kategori : Pasanan
MUQADDIMAH

Rangkuman Ngaji Al-Ajwibah Al-Ghaliyah
Selasa, 12 Maret 2024
Oleh : DR. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA
========================

Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Pembuka lagi Maha Mengetahui, Maha Penyantun lagi Maha Bijaksana, Maha Mengampuni dosa lagi Maha Penerima taubat, Dzat yang keras siksaan-Nya, dan Dzat yang Memiliki kemuliaan. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan kepada-Nya lah tempat kembali.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT, tidak ada sekutu bagi-Nya, yang telah memuliakan kita dengan Islam, melimpahkan nikmat kepada kita dengan iman, serta memberi petunjuk kepada kita untuk berpegang teguh pada ikatan yang kokoh, tali yang terkuat, yaitu mengikuti ajaran Al-Qur’an al-Karim dan meneladani sunnah Rasul SAW yang mulia.

Dan aku bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah SWT melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau, serta memuliakan dan mengagungkan beliau selama-lamanya, sebanyak nikmat dan karunia milik-Nya.

Wa ba’du:
Kitab ini adalah sebuah karya ilmiah yang telah dikoreksi tentang aqidah-aqidah orang Islam, yang berisi permasalahan-permasalahan terpenting dari aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah (yang berpedoman pada sunnah Rasulullah SAW dan para sahabatnya). Kitab ini menghimpun dan mengandung hal-hal yang harus diketahui oleh para penuntut ilmu, dan hal-hal yang akan menunjukkan mereka kepada jalan yang benar dan lurus yang mana mereka diperintahkan untuk mengikutinya, serta akan menjaga mereka dari jalan-jalan yang berbeda-beda yang diikuti oleh para penganut bid’ah, yang membuat mereka sesat dan menyesatkan.

Allah SWT berfirman :

وَاَنَّ هَذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُۚ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Artinya : “Sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan yang lain sehingga mencerai-beraikanmu dari jalan-Nya. Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am ayat 153).

Kitab ini sudah mencukupi bagi siapa yang mengetahuinya, sehingga tidak perlu mengetahui pembahasan aqidah yang panjang dan bertele-tele. Kitab ini juga menjamin kepuasan orang-orang yang terperdaya mengikuti ahli bid’ah, jika mereka mendapat taufiq, karena kebanyakan orang-orang yang terperdaya itu tidak kembali kepada kebenaran meskipun kebenaran itu tampak jelas di hadapan mereka seperti terangnya siang hari. Hal itu disebabkan fanatisme buta, mengikuti hawa nafsu, serta godaan setan yang memperlihatkan keburukan kepada mereka sebagai suatu kebaikan.

Allah SWT berfirman :

اَفَمَنْ زُيِّنَ لَهٗ سُوْۤءُ عَمَلِهٖ فَرَاٰهُ حَسَنًاۗ فَاِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ

Artinya : “Maka, apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya oleh setan, lalu menganggap baik perbuatannya itu sama dengan yang mendapat petunjuk? Sesungguhnya Allah SWT menyesatkan siapa yang Dia kehendaki berdasarkan pilihannya dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk. Maka, jangan engkau (Nabi Muhammad SAW) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap sikap mereka. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. Fathir ayat 8).

Ketika Rasulullah SAW mendeskripsikan sifat sebagian orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya, beliau bersabda: “Mereka membaca Al-Qur’an, tetapi tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah lepas dari busurnya. Lalu mereka tidak pernah kembali lagi kepadanya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk dan ciptaan.” (HR. Muslim 1067 dari hadits Ubadah bin ash-Shamit RA).

Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas pemimpin kami Muhammad SAW dan keluarganya, dan perlihatkanlah kepada kami kebenaran sebagai suatu kebenaran, serta berilah kami kekuatan untuk mengikuti kebenaran itu. Dan perlihatkanlah kepada kami kebatilan sebagai suatu kebatilan, serta berilah kami kekuatan untuk menjauhi kebatilan itu. Janganlah engkau menjadikannya samar atas kami sehingga kami mengikuti hawa nafsu. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami berpaling setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan anugrahkanlah kepada kami rahmat dari hadirat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan mudahkanlah bagi kami petunjuk untuk segala urusan kami.
__________________________________

Mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala

Soal: Apa kewajiban pertama bagi manusia?

Jawab: Kewajiban pertama seorang mukallaf yaitu mengenal Allah SWT yang telah menciptakannya dari tiada menjadi ada. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak menciptakan hamba-Nya kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Hal pertama yang diperlukan dari beribadah itu harus mengenal yang disembah, yaitu mengenal Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya.

Allah SWT berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya : “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat ayat 56).
Maksudnya, untuk mengenal-Ku (Allah SWT).
____________________________________

Soal : Bagaimana cara mengenal Allah SWT?

Jawab : Cara untuk mengenal Allah SWT ada 2 cara.
Pertama, dengan cara mendengar dan menukil (nash-nash agama). Cara ini didapat dengan memperhatikan apa yang Allah SWT beritahukan tentang diri-Nya di dalam kitab-kitab-Nya dan melalui lisan para utusan-Nya, berupa nama-nama-Nya yang baik (Al-Asma’ al-Husna) dan sifat-sifat-Nya yang terpuji.

Allah SWT berfirman :

هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِۚ هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ، هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُۗ سُبْحَانَ اللّٰهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ، هُوَ اللّٰهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰىۗ يُسَبِّحُ لَهٗ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Artinya : “Dialah Allah SWT Yang tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Allah SWT Yang tidak ada Tuhan selain Dia. Dia adalah Maharaja, Yang Mahasuci, Yang Maha Damai, Yang Maha Mengaruniakan keamanan, Maha Mengawasi, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, dan Yang Memiliki segala keagungan. Maha Suci Allah SWT dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah SWT Yang Maha Pencipta, Yang Mewujudkan dari tiada, dan Yang Membentuk rupa. Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi senantiasa bertasbih kepada-Nya. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Al-Hasyr ayat 22-24).

Dalam hadits disebutkan:
“Sesungguhnya Allah SWT memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barangsiapa yang menghafalnya akan masuk surga. Dialah Allah SWT yang tiada Tuhan selain Dia, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Merajai, Maha Suci, Maha Pemberi kesejahteraan, Maha Pemberi keamanan, Maha Pengatur, Maha Perkasa, Maha Gagah, Maha Memiliki kebesaran, Maha Pencipta, Maha Menciptakan keseimbangan, Maha Pembentuk rupa, Maha Pengampun, Maha Menundukkan, Maha Pemberi karunia, Maha Pemberi rezeki, Maha Pembuka, Maha Mengetahui, Maha Menguasai, Maha Meluaskan, Maha Menyempitkan, Maha Meninggikan, Maha Memuliakan, Maha Menghinakan, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Menetapkan keputusan, Maha Adil, Maha Lembut, Maha Teliti, Maha Santun, Maha Agung, Maha Luas ampunan-Nya, Maha Pembalas kebaikan, Maha Tinggi, Maha Besar, Maha Memelihara, Maha Memurkai, Maha Penghitung, Maha Luhur, Maha Mulia, Maha Pengawas, Maha Mengabulkan, Maha Luas, Maha Bijaksana, Maha Mengasihi, Maha Pemberi kemuliaan, Maha Membangkitkan, Maha Menyaksikan, Maha Benar, Maha Memelihara, Maha Kuat, Maha Kokoh, Maha Melindungi, Maha Terpuji, Maha Menghitung, Maha Mengawali, Maha Mengembalikan, Maha Menghidupkan, Maha Mematikan, Maha Hidup, Maha Mandiri, Maha Penemu, Maha Mulia, Maha Esa, Maha Diandalkan sebagai tempat bergantung, Maha Mampu, Maha Mendahulukan, Maha Mengakhirkan, Maha Awal, Maha Akhir, Maha Batin, Maha Pelindung, Maha Tinggi, Maha Pemberi kebaikan, Maha Penerima tobat, Maha Pemberi balasan, Maha Pemberi maaf, Maha Asih, Maha Menguasai kerajaan, Maha Memiliki keagungan dan kemuliaan, Maha Pemberi keadilan, Maha Penghimpun, Maha Kaya, Maha Pemberi kecukupan, Maha Penyegah, Maha Menimpakan bahaya, Maha Pemberi manfaat, Maha Pemberi cahaya, Maha Pemberi petunjuk, Maha Pencipta, Maha Kekal, Maha Pewaris, Maha Penuntun, Maha Penyabar.” (HR. Tirmidzi 3507 dari Hadits Abi Hurairah RA).

والله أعلم بالصواب

SebelumnyaMUQODDIMAH MUALLIF SesudahnyaRangkuman Ngaji Nurul 'Uyun (Siroh Nabawiyyah) Selasa, 12 Maret 2024 Oleh : Gus Ahmad Syauqi Istiqlaly

Berita Lainnya

0 Komentar

Lainnya