SEKILAS INFO
  • 2 tahun yang lalu / Penerimaan Peserta Didik Baru
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan
WAKTU :

Rangkuman Tafsir Jalalain Surat An-Nisa:172-176

Terbit 27 Februari 2022 | Oleh : Admin | Kategori : Tafsir
Rangkuman Tafsir Jalalain Surat An-Nisa:172-176
Kajian Tafsir Jalalain | An-Nisa: 172-176 | DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA. | 27 Februari 2022
-Surat An-Nisa’: 172
لَّن يَسۡتَنكِفَ ٱلۡمَسِيحُ أَن يَكُونَ عَبۡدٗا لِّلَّهِ وَلَا ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ ٱلۡمُقَرَّبُونَۚ وَمَن يَسۡتَنكِفۡ عَنۡ عِبَادَتِهِۦ وَيَسۡتَكۡبِرۡ فَسَيَحۡشُرُهُمۡ إِلَيۡهِ جَمِيعا
Artinya: “Al-Masih sama sekali tidak enggan menjadi hamba Allah, dan begitu pula para malaikat yang terdekat (kepada Allah). Dan barangsiapa enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya”.
Ayat ini menjelaskan tentang Nabi Isa AS yang tidak merasa enggan, sombong atau bahkan malu untuk menjadi hambanya Allah SWT. Padahal ada yang menduga bahwa Nabi Isa AS adalah Tuhan. Begitu juga dengan para malaikat. Ayat ini adalah sebagai bantahan untuk menolak anggapan sementara bahwa mereka (Nabi Isa dan Malaikat) adalah Tuhan atau putra-putri Allah SWT sebagaimana kalimat yang sebelumnya digunakan untuk menolak anggapan kaum Nasrani bahwa Isa AS adalah putra-Nya. Di akhir ayat Allah SWT menunjukkan tentang betapa gampangnya Allah SWT menanggapi orang-orang yang enggan menyembah Allah SWT tersebut, yaitu dengan mengumpulkan dan membalas mereka kelak di akhirat.
-Surat An-Nisa’: 173
فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَيُوَفِّيهِمۡ أُجُورَهُمۡ وَيَزِيدُهُم مِّن فَضۡلِهِۦۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسۡتَنكَفُواْ وَٱسۡتَكۡبَرُواْ فَيُعَذِّبُهُمۡ عَذَابًا أَلِيمٗا وَلَا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيّٗا وَلَا نَصِيرٗا
Artinya: “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. Sedangkan orang-orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih. Dan mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah”.
Syarat untuk mendapatkan ganjaran atau pahala dari Allah SWT tidak hanya iman, tetapi juga amal Sholih. Iman dan amal Sholeh adalah sesuatu yg tidak bisa dipisahkan dan implementasinya yaitu dengan mengamalkan rukun iman dan rukun Islam (sebagai bentuk amal Sholeh). Ganjaran yang dijanjikan oleh Allah adalah berupa ganjaran yang belum pernah dilihat oleh mata, tidak didengar telinga dan tidak pula terbesit dalam hati manusia. Hal ini karena ganjaran tersebut merupakan hak prerogatif Allah SWT yang tidak Allah tampakkan. Seperti halnya dengan masuk surganya manusia yang sebenarnya bukan karena amalnya tapi karena karunia Allah SWT. Karunia ini lah yang tidak bisa dilihat, didengar, dan diduga oleh manusia.
-Surat An-Nisa’: 174
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَكُم بُرۡهَٰنٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ نُورٗا مُّبِينٗا
Artinya: “Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur’an)”.
Ayat ini merupakan salah satu ayat makkiyah (yang diturunkan di kota Mekah) karena memiliki ciri-ciri ayat makkiyah yaitu diawali dengan kalimat
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ
Yang artinya “wahai manusia”. Hal ini karena pada saat itu, masyarakat Mekah kebanyakan belum beriman. Oleh karena itu Allah SWT menggunakan panggilan “wahai manusia” dalam firman-Nya.
-Surat An-Nisa’: 175
فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَٱعۡتَصَمُواْ بِهِۦ فَسَيُدۡخِلُهُمۡ فِي رَحۡمَةٖ مِّنۡهُ وَفَضۡلٖ وَيَهۡدِيهِمۡ إِلَيۡهِ صِرَٰطٗا مُّسۡتَقِيمٗا
Artinya: “Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga), dan menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya”.
Jalan lurus yang dimaksud dalam ayat ini adalah agama Islam.
-Surat An-Nisa’: 176
يَسۡتَفۡتُونَكَ قُلِ ٱللَّهُ يُفۡتِيكُمۡ فِي ٱلۡكَلَٰلَةِۚ إِنِ ٱمۡرُؤٌاْ هَلَكَ لَيۡسَ لَهُۥ وَلَدٞ وَلَهُۥٓ أُخۡتٞ فَلَهَا نِصۡفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ إِن لَّمۡ يَكُن لَّهَا وَلَدٞۚ فَإِن كَانَتَا ٱثۡنَتَيۡنِ فَلَهُمَا ٱلثُّلُثَانِ مِمَّا تَرَكَۚ وَإِن كَانُوٓاْ إِخۡوَةٗ رِّجَالٗا وَنِسَآءٗ فَلِلذَّكَرِ مِثۡلُ حَظِّ ٱلۡأُنثَيَيۡنِۗ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ أَن تَضِلُّواْۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمُۢ
Artinya: “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Ayat ini turun berkaitan dengan sahabat Jabir yang meninggal dunia dengan hanya meninggalkan beberapa orang saudara perempuan (tanpa anak). Pembagian yang dijelaskan dalam ayat ini adalah jika yang meninggal itu tidak punya anak. Dan apabila ia mempunyai seorang anak laki-laki, maka semua hartanya itu adalah untuk anaknya (saudaranya tidak mendapat pembagian harta lagi). Tetapi jika ia memiliki anak perempuan, maka saudaranya itu masih memperoleh kelebihan dari bagian anaknya. Dalam ayat ini juga yang diterangkan adalah untuk saudara kandung atau saudara sebapak. Jadi jika saudara laki-laki atau saudara perempuan itu seibu, maka bagiannya ialah seperenam sebagaimana telah diterangkan di awal surah An-Nisa.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Barra bahwa ayat ini merupakan ayat yang terakhir diturunkan yang berkaitan mengenai faraid (aturan pembagian harta warisan).
Wallahu a’lam bis shawab..
SebelumnyaBAB : Udzhur Shalat Jum'at dan Jamaah & Syarat shalat Berjamaah SesudahnyaBAB : Adab Menjamu Tamu

Berita Lainnya

0 Komentar

Lainnya