FASAL WIRA’I PADA WAKTU MENCARI ILMU
Rangkuman Ngaji Ta’limul Muta’allim
Rabu, 6 Maret 2023
Oleh : DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA
=================================
Beberapa Ulama meriwayatkan satu Hadis dalam bab ini
عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال من لم يتورع في تعلمه ابتلاه الله تعالى بأحد ثلاثة أشياء إما يميته في شبابه أو يوقعه في الرساتيق أو يبتليه بخدمة السلطان
Dari Rasulullah SAW bahwasanya beliau bersabda :”Barang siapa yang tidak Wira’i pada waktu mencari ilmu, maka Allah Ta’ala akan mengujinya dengan salah satu dari tiga cobaan balak; (Pertama) Mencabut nyawanya pada waktu muda (sebelum ia mengamalkan ilmunya). (Kedua) Menempatkannya di daerah plosok. (Ketiga) Mencobanya dengan menjadi abdi Raja (pemerintah).
Manakala seseorang yang mencari ilmu lebih menjaga sifat wira’i, maka ilmunya lebih bermanfaat, belajarnya menjadi lebih mudah serta mendapatkan faedah lebih banyak.
Termasuk dari sifat wira’i yaitu menjaga dari kenyang, banyak tidur dan banyak berbicara sesuatu yang tidak bermanfaat.
Dan sebaiknya orang yang Wira’i menjaga tidak makan makanan pasar apabila mampu. Karena makan makanan pasar lebih mendekati najis dan keji. Lebih jauh dari ingat Allah Ta’ala. Serta lebih dekat dengan melupakan Allah SWT.
Sesungguhnya pandangan orang-orang Faqir akan melihat makanan pasar, akan tetapi mereka tidak mampu membelinya. Hal itu akan menyakiti hati orang-orang Faqir sehingga menjadi hilang barakahnya makanan pasar.
Diceritakan bahwa al-Imam al-Syekh al-Jalil Muhammad bin al-Fadl pada waktu mencari ilmu tidak makan makanan pasar. Ayah beliau (al-Fadl) tinggal didaerah plosok. Pada hari Jum’at ayah beliau berkunjung ke rumahnya. Dan beliau menyiapkan makanan untuk ayahnya. Kemudian ayah beliau (al-Fadl)) melihat jajanan pasar didalam rumah anaknya (Muhammad). Pada hari itu ayah beliau tidak mau berbicara kepadanya karena marah. Setelah itu beliau (Muhammad) meminta maaf kepada ayahnya (al-Fadl) seraya beliau berkata :”saya benar-benar tidak membeli roti itu di pasar dan saya tidak rido dengan makanan itu, akan tetapi temanku yang memberikannya kepadaku”.
Kemudian Ayah beliau menjawab :”apabila engkau orang yang berhati-hati dan bersifat wira’i tentu temanmu tidak akan memberikan roti itu kepadamu”. Begitulah para ulama menjaga wira’i.
Oleh karena itu, para Ulama berhasil mendapatkan ilmu dan menyebarkannya sampai namanya menjadi abadi hingga hari kiamat.
والله أعلم باالصواب