Gus Ahmad Syauqi, Sowan Sungkem Kyai Maha Guru Pemberi Sanad Alquran di Yanbuul Quran Kudus.
Gus Ahmad Syauqi Istiqlaly Fadlolan (Gus QQ), sungkem mohon doa restu dan ridlo kepada Masyayyikh Yanbuul Quran akan melangsungkan akad nikah Ahad, 27 Februari 2024. Terutama sowa makam Syaekhona KH Muhammad Arwani Amin, KH Ulinnuha Arwani, KH Ulil Albab Arwani.
Beliau bertiga adalah pembawa sanad Alquran di pulau Jawa dari gurunya KH Muhammad Arwani, dari gurunya KH. Munawir Kraputra kandungnya. Munawwir Krapyak Jogja.
Putra KH Muhammad Arwani Amin yang masih hidup adalah dua putra beliau yang kini meneruskan perjuangan KH. M. Arwani Amin dalam mengelola pondok pesantren yang didirikannya. Kedua putra beliau adalah KH. Mc. Ulinnuha Arwani (Gus Ulin) dan KH. Ulil Albab Arwani (Gus Bab). Kelak, dalam menahkodai pesantren itu, mereka dibantu oleh KH. Muhammad Manshur. Salah satu khadam KH. M. Arwani Amin yang kemudian dijadikan sebagai anak angkatnya.
KH. Arwani kecil memulai pendidikannya di Madrasah Mu’awanatul Muslimin, Kenepan, sebelah utara Menara Kudus. Beliau masuk di madrasah ini sewaktu berumur 7 tahun. Madrasah ini merupakan madrasah tertua yang ada di Kudus yang didirikan oleh Syarikat Islam (SI) pada tahun 1912 M. Salah satu pimpinan madrasah ini di awal-awal didirikannya adalah KH. Abdullah Sajad.
Setelah semakin beranjak dewasa, akhirnya memutuskan untuk meneruskan ilmu agama islam ke berbagai pesantren di tanah Jawa, seperti Solo, Jombang, Yogyakarta dan sebagainya. Dari perjalanannya berkelana dari satu pesantren ke pesantren itu, telah mempertemukannya dengan banyak kiai yang akhirnya menjadi gurunya (masyayikh).
Adapun sebagian guru yang mendidik KH. M. Arwani Amin diantaranya adalah KH. Abdullah Sajad (Kudus), KH. Imam Haramain (Kudus), KH. Ridhwan Asnawi (Kudus), KH. Hasyim Asy’ari (Jombang), KH. Muhammad Manshur (Solo), KH. M. Munawwir (Yogyakarta) dan lain-lain.
Selama mencari ilmu baik di Kudus maupun di berbagai pondok pesantren yang disinggahinya, KH. M. Arwani Amin dikenal sebagai pribadi yang santun dan cerdas karena kecerdasannya dan sopan santunnya yang halus itulah, maka banyak kiainya yang terpikat. Karena itulah pada saat mondok KH. M. Arwani Amins sering dimintai oleh kiainya membantu mengajar santri-santri lain. Lalu muncullah rasa sayang di hati para kiainya.
Beliau dikaruniai kecerdasan dan minat yang kuat dalam menuntut ilmu. Pada masa remajanya dihabiskan untuk menuntut ilmu mengembara dari pesantren ke pesantren. Tidak kurang dari 39 tahun hidup beliau dihabiskan untuk menuntut ilmu dari kota ke kota yang dimulai dari kotanya sendiri yaitu Kudus. Kemudian dilanjutkan ke Pesantren Jamsaren Solo, Tebuireng Jombang, Pesantren al-Munawwir Krapyak Yogyakarta dan diakhiri di Pesantren Popongan Klaten.
Semua putra putri H. Amin Sa’id tidak ada yang memasuki jalur pendidikan formal (umum). Hal ini disebabkan antara lain karena pada waktu itu tidak mudah untuk bisa memasuki jalur pendidikan tersebut, kecuali dari kalangan tertentu saja. Sejak kecil sampai dewasa mereka belajar dari beberapa Pondok dan Kyai yang ada di Kudus, kecuali Arwani, Farkhan dan Ahmad Da’in yang kemudian pergi mesantren ke luar kota Kudus.