Rangkuman Ngaji Ta’limul Muta’allim Rabu, 20 September 2023 Oleh : DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA
=================================
Pada waktu Abu Yusuf ditanya: ” Dengan apa engkau memperoleh ilmu?” Beliau menjawab: “saya tidak sombong (malu) belajar dengan siapapun dan saya tidak pelit mengajarkan ilmu”
Ibnu Abbas RA ditanya: “dengan apa engkau mendapatkan ilmu?” Beliau menjawab : “dengan banyak bertanya dan hati yang berfikir”
Adapun seorang pelajar yang dinamakan (dijuluki) dengan maa taquulu sebab di generasi awal banyak orang yang mengatakan “apa pendapatmu dalam masalah ini?”
Abu Hanifah tidak menjadi alim kecuali karena banyak melontarkan pendapat dan bermusyawarah, serta belajar di toko ketika beliau berjualan di tokonya.
Dengan hal ini, bisa diketahui bahwa mendapatkan ilmu bisa diraih bersamaan dengan bekerja.
Suatu waktu Abu Hafs al-Kabir bekerja sambil belajar mengulang-ulang pelajaran. Sekira seorang santri harus sambil bekerja mencari uang untuk menafkahi keluarganya atau biaya lain, maka sebaiknya bekerjalah dan jangan malas (belajar).
Tidak ada udzur bagi orang yang sehat badannya dan sempurna akalnya untuk meninggalkan belajar dan belajar fiqih.
Tidak ada seorang pelajar dihari ini yang lebih faqir dari Abi Yusuf dan kefakirannya itu tidak menghambatnya untuk belajar fiqih.
Barangsiapa yang mempunyai harta yang banyak. Maka sebaik-baiknya harta halal adalah harta yang bagus untuk orang sholih.
والله أعلم باالصواب