Mengenal Lebih Dekat Qosidah Burdah
==========================
Sekilas Riwayat Imam Al-Bushiri
Nama lengkap beliau adalah Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Sa’id bin Hammad bin Muhsin bin Abdullah bin Shanhaj bin Hilal Ash-Shanhaji. Beliau lahir pada bulan Syawal 608 H, yang bertepatan pada tahun 1212 M di Bahsyim, sebuah desa yang terletak di wilayah Bahansa di sebelah barat sungai Nil, Mesir.
Menurut sebuah riwayat, beliau masih keturunan Berber yang lahir di Dallas Maroko dari marga Bani Habnun, dibesarkan di Bushir, Mesir, oleh karena itulah beliau dijuluki dengan panggilan al-Bushiriy.
Imam Al-Bushiri menghabiskan hidupnya di Mesir hingga akhirnya beliau wafat pada tahun 698 H/1298 M. (menurut mayoritas pendapat) pada usia 88 tahun, dan dimakamkan di samping gurunya, Imam Abu Abbas al-Mursi, yang berada di Kota Alexandria, Mesir.
Sejarah Ringkas Al-Burdah
Salah satu karya monumental beliau adalah Qasidah al-Burdah yang terdiri atas 160 bait (sajak), ditulis dengan gaya bahasa yang menarik, lembut dan elegan, berisi panduan ringkas mengenai kehidupan Nabi Muhammad SAW, cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, doa, pujian terhadap Al-Qur’an, Isra’ Mi’raj, jihad, dan tawasul.
Dengan memaparkan kehidupan Nabi SAW secara puitis, Al-Bushiri bukan saja menanamkan kecintaan umat Islam kepada Nabinya, tetapi juga mengajarkan sastra, sejarah Islam, dan nilai-nilai moral kepada kaum Muslimin. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika qasidah Burdah senantiasa dibacakan di perkampungan, perkotaan, dan terutama di pesantren-pesantren salaf.
Nama Burdah muncul setelah Imam al-Bushiri diserang sebuah penyakit, sehingga separuh tubuhnya lumpuh. Beliau berdoa tak henti-hentinya sembari mencucurkan air mata, mengharapkan kesembuhan dari Allah SWT. Kemudian beliau menulis bait-bait syair pujian (qasidah) yang berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW, dan disusun dengan begitu indah, lalu rangkaian syair-syair itu dibaca berulang kali oleh beliau. Suatu saat beliau tidak dapat menahan kantuknya, lantas tertidur dan bermimpi melantunkan syair-syair yang ditulisnya dihadapan Nabi Muhammad SAW. Kemudian Nabi SAW menyentuh bagian tubuhnya yang lumpuh, setelah itu Nabi SAW memberikan jubah sufi (Burdah) kepada al-Bushiri. Kemudian beliau terbangun dan mampu berdiri seperti sediakala.
Awalnya, al-Bushiri memberi nama karyanya ini dengan nama qasidah Mimiyah, karena bait-bait sajaknya diakhiri dengan huruf Mim, selanjutnya kasidah ini dikenal dengan qasidah Baraáh, sebab menjadi cikal bakal sembuhnya sang pujangga dari kelumpuhannya. Hanya saja nama qasidah Burdah lebih populer di kalangan umat Islam dibanding sebutan yang lain.
————————————————————————
والله أعلم بالصواب
Semoga bermanfaat✨