PEMPROV JATENG ADAKAN SEMINAR PENANGGULANGAN RADIKALISME DI PPFF UNTUK PARA PELAJAR DAN MAHASISWA
Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan (Pesantren Bilingual Berbasis Karakter Salaf) Semarang Kerjasama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah guna menyelenggarakan Seminar Penanggulan Radikalisme dengan Tema “Pencegahan dan Penanggulangan Radikalisme di Jawa Tengah Bagi Para Pelajar dan Mahasiswa”, pada Rabu, 16 November 2022.
Seminar Penanggulangan Radikalisme ini, dihadiri oleh Kepala Biro Kesra Drs. Imam Maskur M.SI, Densus 88 AKBP Bambang Prasetyanto, SH., Akademisi Dr. H. M. Adnan, MA., Mantan Napiter Sri Puji Mulyo Siswanto dan Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’ Lc., MA yang diikuti oleh siswa Madrasah Aliyah Al-Musyaffa’ Semarang, mahasiswa serta santri dari PP. Al-Ma’rufiyah, PP. Al- Ishlah, PP. Darul Falah Besongo, PP. Darun Najah dan Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan (Pesantren Bilingual Berbasis Karakter Salaf) Semarang.
Dibuka dengan sambutan dari Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA. dan Drs. Imam Maskur, M.SI. dan hadir Kabag Kesra bpk Yusuf, yang menyampaikan tentang pentingnya mengetahui paham radikalisme agar kita terhindar dari doktrinasi paham yang dapat merusak dan memecah belah sebuah negara.
Dilanjutkan dengan pembicara yang pertama, yakni Sri Puji Mulyo Siswanto (eks Napi Terorisme Bom Bali 2) yang kini terjun ke seminar-seminar penanggulangan dan pencegahan terorisme dan radikalisme. Beliau menjelaskan bahwa paham radikalisme dapat masuk dengan membawa ajaran agama dan melalui kajian-kajian yang ada di masjid. Radikalisme dapat tumbuh dengan adanya perasaan paling benar dan pada akhirnya menyalahkan orang lain yang berbeda paham dengannya.
Beliau mewanti-wanti agar santri, pelajar dan mahasiswa harus berhati-hati dengan ajaran dan pemahaman yang berlebih-lebihan, merasa paling benar dan mengkafirkan orang yang berbeda pemahaman dengannya, serta berupaya untuk melawan pemerintah dengan dalil jihad. Jika bertemu dengan hal-hal tersebut segera berdiskusi kepada guru, kiai, teman dan keluarga.
Pembicara kedua, yaitu Dr. H. M. Adnan, MA., yang menjelaskan tentang pengertian dan perbedaan radikal, radikalisme, anti radikalisme dan deradikalisasi. Beliau menambahkan, radikalisme tidak hanya masuk pada agama Islam, tetapi agama-agama lain seperti, Yahudi, Kristen, Protestan, Hindu, dan lainnya, yang gagal memahami ayat suci pada masing-masing kitab suci agamanya karena mereka hanya memahami kitab sucinya secara tekstual, tidak secara kontekstual.
Selanjutnya pemateri ketiga, disampaikan oleh AKBP Bambang Prasetyanto, SH., yang dibuka dengan video yang menampilkan ciri-ciri orang yang terkena radikalisme. Dilanjutkan dengan materi yang menyampaikan tentang pengertian, latar belakang, ciri-ciri, metode penyebaran radikalisme, terorisme & intoleransi, dan lain sebagainya. Pesan bagi generasi milenial untuk mencegah radikalisme, yaitu menanamkan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap NKRI, memperkaya wawasan keagamaan melalui sumber/ tokoh terpercaya dan moderat, berpikir terbuka dan toleran, rajin membaca untuk menambah wawasan & berjejaring dengan komunitas yang baik, mewaspadai provokasi/ hasutan dan hoaks (berita bohong).
Terakhir, ditutup oleh Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA., yang mengulas kembali inti dari materi yang disampaikan oleh pembicara-pembicara sebelumnya. Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA., menambahkan, memerangi dan menghadapi orang radikal melalui beberapa cara: yang pertama, counter-radikalisme yaitu mengcounter (melawan atau membalas) seseorang yang menulis buku radikal dengan tulisan buku yang benar. Serta mengajarkan anak-anak yang sedang belajar dan mengaji untuk tidak menjadi radikal. Hal tersebut merupakan tugas dan peran dari guru, dosen dan kiai.
Kedua, apabila sudah dalam bentuk pemikiran, aksi dan gerakan, maka tugas tersebut diserahkan kepada Densus dan Kepolisian.
Ketiga, apabila sudah dipidana, maka pelaku radikalisme diberi rehabilitasi untuk mengembalikan mereka pada jalan yang benair.
“…Hari ini, pemikiran, ideologi dan paham wahabi yang senang sekali mengkafirkan orang, sudah dibasmi oleh putra Raja Salman, Pangeran Muhammad bin Salman. Yang membuat kondisi Timur Tengah semakin membaik. Insyaallah, tugas deradikalisme kita kedepan sudah lebih baik, karena apa? Di arab saudi pusatnya (radikalisme) sana sudah dibasmi oleh Pangeran Muhammad bin Salman.”
Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan penutupan.
Semoga kedepannya Indonesia, baik masyarakat maupun pemerintahannya lebih baik dalam menghadapi radikalisme dan terorisme, serta lebih baik dalam menjaga keutuhan NKRI. Aamiin.