150 MAHASISWA UNNES NYANTRI KILAT DI PPFF
Sabtu, 12 November 2022, Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) merasakan jadi santri dua hari semalam di Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan (Pesantren Bilingual Berbasis Karakter Salaf) Semarang. Mahasiswa UNNES yang berjumlah 150 mengikuti kegiatan pesantren terhitung 3 tatap muka untuk memenuhi sejumlah pertemuan (SKS) pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI).
Mahasiswa mulai berdatangan pada Sabtu sore dan langsung mengikuti kegiatan santri, seperti sholat berjamaah, mujahadah Rotibul Hadad & Hizb Masyath setelah jamaah Maghrib selayaknya santri PPFF langsung pada antri rapi ambil makan malam dengan nampanan perlima orang. Tiba waktu jamaah Isya dilanjutkan dengan acara penyambutan dan pengarahan dari pengasuh PPFF.
Dimulai sambutan dosen dari UNNES, Bapak Baidlowi, S.Ag., M.Ag., selaku pengampu mata kuliah PAI, agenda ini diadakan untuk memberi gambaran kepada mahasiswa tentang kehidupan pesantren dengan tradisi-tradisinya, seperti pujian menjelang jamaah shalat hafalam Alfiah ibnu Malik, hafalan Aqidatul Awam, Mujahadah Rotibul Haddad, sholat berjamaah, pengajian kitab kuning dsb.
Dilanjutkan pemaparan tentang kepesantrenan oleh Miss Rochana Asri, yang mengenalkan tradisi pesantren secara lebih luas. Seperti pentingya mulazamah (bertatap muka/berhadapan langsung) dengan Kiai atau guru saat mencari ilmu, serta pentingnya mengetahui sanad kelimuan seorang guru. Karena sebenar-benarnya ilmu adalah yang bersambung sampai kepada Rasulullah SAW. Selain itu, Miss Rochana Asri juga memperkenalkan tradisi serta lingkungan Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan (Pesantren Bilingual Berbasis Karakter Salaf) Semarang, seperti tempat-tempat & gedung yang ada di PPFF, serta kegiatan tahunan seperti Wisuda program tahfidh 30 juz dalam 6 Bulan.
Terakhir, acara ditutup dengan Mauidhoh Hasanah dari Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA.. Beliau berpesan kepada seluruh Mahasiswa UNNES yang mengikuti kegiatan pesantren kilat, agar mengetahui dengan pasti tujuan dari mencari ilmu. Karena banyak dari penuntut ilmu yang mendapatkan ilmu tetapi tidak sampai pada tujuannya. Seperti mahasiswa yang kuliah hanya untuk memenuhi sks dan mencari ijazah, tetapi tidak mengerti maksud dan tujuan dari mencari ilmu.
Dan dikarenakan salah thoriqoh (cara) dan salah jalan dalam menuntut ilmu, maka seperti orang yang salah jalan, ia akan tersesat dan tidak sampai pada tujuan. Sehingga ilmu yang dicapai tidak berkah dan manfaat.
Untuk dapat memgetahui thoriqoh dan jalan dalam mencapai tujuan ilmu, dengan belajar di pesantren. Karena di pesantren tidak hanya diajarkan ilmu, tetapi upaya mencari keberkahan dan manfaat dari ilmu yang akan didapat.
Sebelum kembali ke ruang menginap masing-masing, Bapak Baidlowi, S. Ag., M. Ag., menyampaikan pesan agar mahasiswa bangun lebih awal untuk tahajjud dan dilanjutkan sholat Subuh berjamaah dan Hizb Nashor.
Pagi pukul 07.00, mahasiswa sudah siap berada di Masjid Raudlatul Jannah berbawur bersama semua santri PPFF dan jamaah pengajian Ahad pagi untuk mengikuti Mujahadah Ratib Haddad dan Pengajian Tafsir Jalalain Ahad Pagi oleh pengasuh pesantren DR.KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA. Para mahasiswa menyimak dengan khusyuk dan antusias sepertinya pengajian bandongan begini asing bagi mereka, namun serasa indah.
Setelah selesai, mahasiswa diajak berziarah ke Makam Ning Arina Sabiela. Kemudian dilanjutkan ke Ndalem untuk sarapan dan penutupan acara pesantren kilat.
Menurut Muhammad Zidan Maulana dari prodi Pendidikan Matematika, ia merasa senang mengikuti pesantren kilat ini karena dapat mengikuti pengajian kitab bersama Kiai. “Banyak juga motivasi yang di dapat dari Kiai. Selain itu saya juga mendapat banyak teman…”, ujarnya saat menyampaikan kesan pesan dari perwakilan mahasiswa. Selain itu ia mengaku kagum terhadap santri yg memiliki adab yang baik dan sopan.
Menurut perwakilan mahasiswi yang lain, Aulia Husna dari prodi PGSD, mengaku senang dan kagum karena adab santri yang tawadlu, kooperatif dan ringan membantu untuk kebersamaan. “Biasanya kan pondok itu kotor ya, tapi disini itu tempatnya bersih kamar mandinya juga bersih dan nyaman, berbeda dengan image pondok pesantren yang biasanya kotor dan kumuh. Selain itu juga makannya itu kan nampanan yaa.., jadi lebih terasa kebersamaannya…” ujarnya.
Acara Penutupan Pesantren Kilat di PPFF, ditutup dengan pesan dan motivasi dari Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA., dengan kembali menekankan tujuan dalam mencari ilmu. Selain itu, Kiai juga menjelaskan bahwa pendidikan karakter itu melekat pada pesantren, sehingga adab dan sopan santun merupakan hal yang utama diterapkan di pesantren.
“Mensholehkan orang yang pintar itu sulit, karena kritis suka protes…Berbeda dengan sebaliknya memintarkan orang sholeh itu mudah… Di pesantren itu santri dibuat sholeh dulu baru bentuk menjadi alim…”
Kiai juga menyampaikan bahwa makan bersama dengan nampan itu dapat melatih kesederhanaan. Begitu pula hidup di pesantren, satu kamar dengan banyak orang yang terkadang juga tidak cocok budaya, gaya, pola, dan kebiasaan mereka, namun mampu bertahan bertahan tahun karena mereka saling menanggalkan ego pribadinya.
Terakhir, Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA., menekankan untuk mahasiswa agar mulai memperbaiki akhlaknya, “… ditata dulu akhlaknya baru kemudian ilmunya..”
Karena apabila diibaratkan bakwan, komponen seperti sayur dan tepung itu adalah akhlak, dan garam adalah ilmunya.
“Seperti perkataan orang Arab, ‘jadikanlah ilmu mu itu garam, dan akhlakmu itu tepungnya.’ Jadi sebanyak apapun tepungnya walau garamnya sedikit akan tetap enak, tapi sebaliknya apabila garamnya lebih banyak maka tidak dapat dinikmati. Seperti itu lah gambaran ilmu dan akhlak…”, pesan Kiai.
Kegiatan pesantren kilat di Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan (Pesantren Bilingual Berbasis Karakter Salaf) Semarang ditutup dengan foto bersama di depan gedung pondok dan mushofahah bersama Kiai dan Bu Nyai.