SEKILAS INFO
  • 2 tahun yang lalu / Penerimaan Peserta Didik Baru
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan
WAKTU :

Rangkuman Tafsir Jalalain Surat Al-Maidah: 27-32

Terbit 29 Mei 2022 | Oleh : Admin | Kategori : Tafsir
Rangkuman Tafsir Jalalain Surat Al-Maidah: 27-32

Kajian Tafsir Jalalain | Al-Maidah: 27 – 32 | DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA. | 29 Mei 2022

-Surat Al-Ma’idah: 27
وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ

Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa”.

Mereka yang dimaksud di awal ayat ini adalah kaum Nabi Muhammad SAW. Sedangkan 2 anak Nabi Adam AS yang dimaksud disini adalah Qabil dan Habil. Sejarah mencatat bahwa Nabi Adam AS yang hidup hingga seribu tahun memiliki 40 anak.

Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa kurban yang diberikan oleh Habil berupa domba, sedangkan Qabil mengkurban hasil tanamnya. Dijelaskan juga bahwa tanda diterimanya kurban dari Habil adalah dengan turunnya api dari langit yang melahap kurbannya (domba).

Qabil yang tidak diterima kurbannya menjadi murka dan memendam kedengkian pada Habil serta menunggu keberangkatan Haji Nabi Adam AS untuk membunuh Habil (Ka’bah pertama kali dibangun pada masa Nabi Adam).

Saat Qabil bertanya kepada Habil “kenapa kurbanmu diterima sedangkan kurban saya tidak?”. Habil kemudian menjawab bahwa “Allah SWT hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa”.

-Surat Al-Ma’idah: 28
لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقۡتُلَنِي مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٖ يَدِيَ إِلَيۡكَ لِأَقۡتُلَكَۖ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

Artinya: ”Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam”.

Huruf lam dalam lafadz لَئِنۢ بَسَطتَ merupakan lam qosam (sumpah) yang menunjukkan kesungguhan dari perkataan Habil yang berkata bahwa dia tidak akan membalas perbuatan Qobil yang berniat membunuhnya.

-Surat Al-Ma’idah: 29
إِنِّيٓ أُرِيدُ أَن تَبُوٓأَ بِإِثۡمِي وَإِثۡمِكَ فَتَكُونَ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلنَّارِۚ وَذَٰلِكَ جَزَٰٓؤُاْ ٱلظَّٰلِمِينَ

Artinya: ”Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang dhalim”.

Dalam tafsir Jalalain dijelaskan bahwa ayat ini menjelaskan alasan dari sikap Habil yang tidak mau membalas perbuatan Qobil yaitu karena Habil tidak mau memikul dosa membunuh manusia yang bisa membuatnya di masukkan kedalam neraka.

-Surat Al-Ma’idah: 30
فَطَوَّعَتۡ لَهُۥ نَفۡسُهُۥ قَتۡلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُۥ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ

Artinya: “Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi”.

Dalam tafsir Jalalain juga diterangkan bahwa pada mulanya Qabil tidak tahu apa yang akan diperbuatnya terhadap mayat saudaranya itu karena ia adalah mayat yang pertama dari anak cucu Adam di muka bumi, maka dipikulnyalah di atas punggungnya.

-Surat Al-Ma’idah: 31
فَبَعَثَ ٱللَّهُ غُرَابٗا يَبۡحَثُ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُرِيَهُۥ كَيۡفَ يُوَٰرِي سَوۡءَةَ أَخِيهِۚ قَالَ يَٰوَيۡلَتَىٰٓ أَعَجَزۡتُ أَنۡ أَكُونَ مِثۡلَ هَٰذَا ٱلۡغُرَابِ فَأُوَٰرِيَ سَوۡءَةَ أَخِيۖ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلنَّٰدِمِينَ

Artinya: “Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil). Bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal”.

Dari ayat inilah tergambar jelas bahwa ilmu menguburkan jenazah pertama kali didapatkan umat manusia dari burung gagak. Agama Islam kemudian datang dan menyempurnakan tata cara pengurusan jenazah.

-Surat Al-Ma’idah: 32
مِنۡ أَجۡلِ ذَٰلِكَ كَتَبۡنَا عَلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفۡسَۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ أَوۡ فَسَادٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعٗا وَمَنۡ أَحۡيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحۡيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعٗاۚ

Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia”.

Pengajian hari kemarin ditutup dengan ayat yang menjelaskan tentang perlarangan pembunuhan manusia, apalagi tanpa sebab kejahatan yang telah dilakukan manusia tersebut. Bahkan membunuh seorang manusia diibaratkan seperti membunuh seluruh umat manusia. Menurut Ibnu Abbas, hal ini karena umat manusia dijaga sekali kesuciannya sehingga Allah SWT senantiasa memelihara dan menjaga kehidupan umat manusia.

Wallahu a’lam bis shawab

SebelumnyaRombongan jamaah pengajian Abwabul Faraj, asuhan KH. Nur Halim Memulai Ziarah dari Makam Al-Syahidah Ning Arina Sabiela Fadlolan, di belakang masjid Raudhatul Jannah Pesantren Fadhlul Fadhlan (Pesantren Bilingual Berbasis Karakter Salaf) Semarang SesudahnyaKeluarga besar Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang mengucapkan Selamat Hari Lahir Pancasila 01 Juni 1945 - 01 Juni 2022

Berita Lainnya

0 Komentar

Lainnya