SEKILAS INFO
  • 2 tahun yang lalu / Penerimaan Peserta Didik Baru
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan
WAKTU :

BAB: Masa Belajar

Terbit 9 Februari 2022 | Oleh : Admin | Kategori : Akhlak
BAB: Masa Belajar

Rangkuman Ngaji Ta’lim Muta’alim
Rabu, 9 Februari 2022
Oleh : DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA

=================================

بسم الله الرحمن الرحيم

Dikatakan : “Masa belajar itu sejak manusia berada di buaian hingga masuk keliang kubur.”
Maksud dari perkataan diatas yaitu dalam hidup tidak akan ada kata berhenti dalam belajar, tidak ada batasan waktu untuk mendapatkan ilmu dimulai sejak masih dalam ayunan (bayi) sampai liang lahat (kubur) tiap harinya disibukkan untuk belajar.

Syekh Hasan bin Ziyad belajar ilmu fiqih selama 80 tahun hingga menjadi orang alim, 40 tahun berjalan beliau tidak pernah tidur di ranjangnya, melainkan tidur tidak memakai alas, kemudian 40 tahun berikutnya beliau menjadi mufti.

Masa yang paling cemerlang untuk belajar adalah permulaan masa mudanya seseorang. Waktu yang lebih utama untuk belajar yaitu disaat waktu sahur (waktu menjelang subuh), kemudian waktu diantara maghrib dan isya’. Tetapi sebaiknya seorang pelajar menggunakan seluruh waktu yang ada untuk belajar, dan bila telah merasa bosan terhadap ilmu yang sedang dihadapi maka gantilah untuk menekuni ilmu lain.

Seperti dalam syair:

وَكَانَ اِبْنُ عَبَّاسٍ رَضِى اللّٰهُ عَنْهُمَا اِذَا مَلَّ مِنَ الْكَلاَمِ يَقُوْلُ: هَاتُوْا دِيْوَانَ الشُّعَرَاءِ

Sahabat Ibnu Abbas r. a berkata: Jika sudah bosan mempelajari dengan suatu ilmu, kemudian berkata: Ambilkan kita-kitab syair”
Maksud dari syair diatas adalah apabila seorang pelajar bosan dengan suatu ilmu yang dipelajarinya, maka beralihlah untuk mempelajari ilmu lainnya.

Syekh Muhammad Ibnul Hasan tidak pernah tidur malam, Beliau selalu bersebelahan dengan buku-bukunya, dan bila telah merasa bosan suatu ilmu, berpindah ilmu yang lain. Beliau juga menyediakan air di sampingnya, air tersebut digunakannya untuk wudhu atau membasuh mukanya apabila mengantuk, dan Beliau berkata: “Kantuk itu disebabkan dari rasa panas, oleh karena itu untuk menolak kantuk tersebut, harus menggunakan air yang dingin.”

-والله أعلم بالصواب

SebelumnyaAdab Makan Bersama #2 SesudahnyaBelajar Mahabbah Kepada Rasulullah dan Ahlul Bait dari Mbah Yai Ahmad Hisyam Langitan (Ayahanda Ibu Nyai Hj. Fenty Hidayah, S.Pd.I - Mertua DR. K.H Fadlolan Musyaffa', Lc., MA.)

Berita Lainnya

0 Komentar

Lainnya