Ciri-Ciri Orang-Orang Kafir Dan Orang-Orang Munafik
Kajian Tafsir Jalalain | An-Nisa: 140-143 | DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA. | 9 Januari 2021
-Surat An-Nisa’, Ayat 140
وَقَدۡ نَزَّلَ عَلَيۡكُمۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ أَنۡ إِذَا سَمِعۡتُمۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ يُكۡفَرُ بِهَا وَيُسۡتَهۡزَأُ بِهَا فَلَا تَقۡعُدُواْ مَعَهُمۡ حَتَّىٰ يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيۡرِهِۦٓ إِنَّكُمۡ إِذٗا مِّثۡلُهُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ جَامِعُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡكَٰفِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
Artinya: “Dan sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu di dalam Kitab (Al-Qur’an) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena (kalau tetap duduk dengan mereka), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahanam”.
Ayat ini berisi tentang pelarangan duduk dalam artian berbaur/bergaul dengan orang kafir saat mereka sedang meledek atau memperolok agama Allah SWT. Hal ini karena kalau kita ikut berbaur dengan mereka pada saat itu, maka kita juga akan ikut berdosa. Perlu digaris bawahi bahwa pelarangan ini bukan berarti pelarangan secara keseluruhan, jika mereka sudah berganti topik maka kita boleh ikut berbaur bersama mereka. Artinya, kalau kita mempunyai tetangga yang berbeda agama, kita harus tetap bertetangga dan bersosialisasi dengan baik kepada mereka. Karena urusan agama dan sosial tentunya berbeda konteksnya.
-Surat An-Nisa’, Ayat 141
ٱلَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمۡ فَإِن كَانَ لَكُمۡ فَتۡحٞ مِّنَ ٱللَّهِ قَالُوٓاْ أَلَمۡ نَكُن مَّعَكُمۡ وَإِن كَانَ لِلۡكَٰفِرِينَ نَصِيبٞ قَالُوٓاْ أَلَمۡ نَسۡتَحۡوِذۡ عَلَيۡكُمۡ وَنَمۡنَعۡكُم مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَۚ فَٱللَّهُ يَحۡكُمُ بَيۡنَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۚ وَلَن يَجۡعَلَ ٱللَّهُ لِلۡكَٰفِرِينَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ سَبِيلًا
Artinya: “(yaitu) orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah mereka berkata, “Bukankah kami (turut berperang) bersama kamu?” Dan jika orang kafir mendapat bagian, mereka berkata, “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang mukmin?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada hari Kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman”.
Ayat ini menggambarkan tentang perilaku orang munafiq yang bermuka dua. Saat orang mu’min mendapatkan kemenangan, mereka akan datang kepada orang mu’min dan mengaku beriman serta telah ikut jihad agar mereka juga mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang). Sebaliknya jika kaum kafir yang mendapatkan kemenangan, mereka akan datang kepada orang kafir dan mengaku bahwa mereka berada pada pihak orang kafir dan mengaku berjasa besar pada kemenangan orang kafir dengan membukakan siasat dan rahasia pasukan muslim sehingga pasukan kafir bisa menang.
-Surat An-Nisa’, Ayat 142
إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا
Artinya: “Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali”.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah SWT” yaitu dengan menampakkan hal-hal yang berlawanan dengan kekafiran yang mereka sembunyikan dengan maksud untuk menghindari hukum-hukum keduniaan yang berhubungan dengan kekafiran mereka. “Dan Allah SWT menipu mereka pula” maksudnya yaitu membalas tipuan mereka itu dengan diberitahukannya apa yang mereka sembunyikan itu oleh Allah SWT kepada nabi-Nya hingga di dunia ini rahasia mereka terbuka sedangkan di akhirat kelak mereka menerima siksa. “Dan jika mereka berdiri untuk mengerjakan salat” bersama orang-orang mukmin “mereka berdiri dengan rasa malas” karena merasa berat. “Mereka bersifat riya di hadapan manusia” dengan salat itu “dan tidak berzikir (shalat) kepada Allah SWT kecuali sebentar” karena mereka lebih banyak riya.
-Surat An-Nisa’, Ayat 143
مُّذَبۡذَبِينَ بَيۡنَ ذَٰلِكَ لَآ إِلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ وَلَآ إِلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ سَبِيلٗا
Artinya: “Mereka dalam keadaan ragu antara yang demikian (iman atau kafir), tidak termasuk kepada golongan ini (orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang kafir). Barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka kamu tidak akan mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) baginya”.
Mereka (orang munafiq) ini sebenarnya dalam keadaan bimbang atau ragu-ragu antara kafir dan iman. Artinya, orang munafiq ini tidak masuk kepada golongan orang-orang kafir dan tidak termasuk pula pada golongan orang-orang beriman. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah SWT, maka tidak akan mereka temui baginya jalan untuk menerima petunjuk.
Wallahu a’lam bis shawab..