SEKILAS INFO
  • 2 tahun yang lalu / Penerimaan Peserta Didik Baru
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan
WAKTU :

Tafsir Jalalain Surat An Nisa : 71-74

Terbit 8 Agustus 2021 | Oleh : Team Mdc | Kategori : Tafsir
Tafsir Jalalain Surat An Nisa : 71-74

Ngaos Tafsir Jalalain
Ahad, 8 Agustus 2021
Oleh DR. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA
An-Nisa: 71-74

Pengajian hari ini dibuka dengan ayat yang menjelaskan tentang perintah untuk siapsiaga, dan waspada terhadap musuh. Perintah tersebut kemudian di tafsiri dengan perintah untuk menjaga, dan tidak tidur (melek) terhadap musuh. Tidur yang dimaksud disini bukan tidur secara fisik. Akan tetapi, sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, orang tidur diibaratkan sebagai orang yang lupa atau tidak peka. Jadi tidak tidur yang dimaksud adalah agar kita selalu ingat, dan waspada.

Dewasa ini, banyak orang yang melek, akan tetapi tidur hatinya. Ada orang yang sedang kesusahan, tetapi hatinya hanya bergeming dan tidak peduli, itu namanya hatinya tidur. Padahal kepedulian itu sangatlah penting. Jangan sampai kita melihat tetangga kita bersedih, akan tetapi kita tidak peka atau tidak peduli. Kepedulian seperti ini sangat dibutuhkan pada zaman sekarang. Zaman dimana perang tidak secara langsung menggunakan senjata (proxy war/perang tanpa senjata), akan tetapi yang terjadi adalah perang pemikiran, perang ideologi, ekonomi, politik dan perang senjata biologis. Perang yang seperti ini justru adalah perang yang sangat berbahaya. Karena ideologi yang datang dari ideologi nya orang-orang yang tidak beragama bisa merusak ideologi bangsa dan juga merusak nasionalisme. Adanya senjata biologis yang tak kasat mata juga bisa membuat pemerintah kalang kabut, para ilmuwan kebingungan, apalagi masyarakat awam, mereka semakin kesusahan. Keadaan seperti inilah dimana kepedulian seseorang perlu untuk ditingkatkan.

Turunnya perintah pada ayat tersebut dilatarbelakangi dengan sikap Abdullah bin Ubay, seorang Munafiq yang tidak mau ikut berperang. Orang Munafiq ini, ketika orang Islam mendapatkan musibah berupa kekalahan dan kematian, mereka akan merasa diliputi nikmat karena tidak ikut berperang dan tidak mati bersama mereka. Dan ketika orang Islam mendapatkan kemenangan, mereka akan menyesal dan bersikap seolah tidak kenal dengan orang Islam, lalu mereka berkata “seandainya aku bersama mereka, aku pasti juga akan mendapatkan kemenangan yang agung (besar). Demikianlah betapa buruknya sifat orang Munafiq.

Pengajian hari ini lalu ditutup dengan pembahasan tentang perintah untuk berperang dijalan Allah bagi orang-orang yang mendedikasikan kehidupan dunianya untuk kebahagiaan akhirat. Allah menegaskan bahwa apabila mereka terbunuh maka mereka akan mati syahid, atau apabila mereka mendapat kemenangan, maka Allah akan memberinya pahala yang besar.

Ibrah (pelajaran) yang bisa diambil dari pengajian Tafsir Jalalain hari ini adalah mari kita bersama-sama menghadapi Pandemi Corona dengan peduli dan tanggap terhadap sesama.

Wallahu a’lam bis shawab..

SebelumnyaTim Kurmanisasi MAJT Survei Bibit Kurma Siap Tanam di PPFF SesudahnyaMacam-macam Air #1

Berita Lainnya

0 Komentar

Lainnya