Penjelasan Bait ke12, 13, & 14 dari Kitab Nur Azh-Zhalam (Syarh Aqidatul Awam)
Rangkuman Ngaji Pasanan
Kitab Nur Azh-Zhalam (Syarh Aqidatul Awam)
Karya Syaikh Nawawi al-Bantani
Oleh DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA.
26 April 2021/ 14 Ramadan 1442
NAZHAM KEDUA BELAS [12]
وَجَائِزٌ فىِ حَقِّهِمْ مِنْ عَرَضِ # بِغَيرِْ نـَقْصٍ كَخَفِيْفِ الْمَرَض
Boleh (jaiz) bagi para nabi dan rasul memiliki sifat A’rod al- Basyariah yang tidak sampai mengurangi derajat luhur mereka, seperti sakit ringan.
Sifat Jaiz Bagi Rasul Maksud nazham di atas adalah bahwa diwajibkan bagi setiap mukallaf meyakini bahwa sifat jaiz (boleh) bagi para rasul dan nabi adalah A’rodhul Basyariah atau sifat-sifat yang umum dimiliki manusia biasa, sekiranya sifat- sifat tersebut tidak mengurangi derajat mereka yang luhur, seperti sakit ringan, makan, minum, menjual dan membeli, berpergian, berperang, terluka, menikah, masuk ke pasar, tidur mata bukan tidur hati, dan keluar sperma karena kantong sperma yang penuh, bukan keluar sperma karena mimpi basah karena mimpi basah termasuk permainan setan sedangkan setan tidak memiliki kesempatan mengganggu mereka. Dalil bolehnya para nabi dan rasul memiliki sifat A’rodhul Basyariah adalah berdasarkan bukti melihat secara langsung karena orang-orang yang menemui mereka melihat secara nyata dan langsung bahwa para nabi dan rasul memiliki sifat A’rodhul Basyariah. Sedangkan orang-orang yang belum pernah melihat mereka secara langsung maka dapat mengetahui bahwa para nabi dan rasul memiliki sifat A’rodhul Basyariah adalah berdasarkan hadis yang mutawatir. Adapun sifat A’rodh yang mustahil bagi para Nabi dan Rasul adalah seperti terserang penyakit kusta, lepra, impotensi, berkulit hitam, tuli, buta, bisu, lumpuh, pincang, buta sebelah, gagap dalam berbicara, yang berbalik kelopak matanya (Jawa: kero), sumbing, dan, gigi kedepan (mrongos). Dan setiap sifat hina adalah mustahil bagi mereka karena sifat-sifat tersebut mengurangi derajat luhur mereka. Lafadz “اللكنة “berarti sifat sulit berbicara atau gagap. Lafadz “شتر “dengan huruf Syin yang bertitik tiga dan huruf Taa yang bertitik dua berarti terbaliknya kelopak mata. Lafadz “شرم “dengan huruf Syin dan huruf Roo berarti terbelahnya hidung. Lafadz “ثرم “dengan huruf Tsaa dan Roo berarti gigi maju ke depan (mrongos)
Perkataan kami “الأعراض “yang berarti tabiat mengecualikan sifat-sifat Allah, Subhaanahu Wa Ta’aala. Oleh karena itu para nabi dan rasul tidak boleh memiliki sifat-sifat Allah. Berbeda dengan kaum Nasrani, mereka mensifati Nabi Isa dengan sifat-sifat Allah. Perkataan “البشریة “yang berarti bersifat seperti manusia, mengecualikan sifat-sifat malaikat. Oleh karena itu para nabi dan rasul tidak boleh memiliki sifat-sifat التى لا تؤدى إلى ” kami Perkataan. malaikat الخ نقص “yang berarti tabiat-tabiat manusia yang tidak sampai menurunkan derajat luhur para nabi rasul, mengecualikan tabiat-tabiat manusia yang sampai menurunkan derajat luhur para nabi dan rasul. Berbeda dengan kaum Yahudi yang mensifati Nabi Daud dengan sifat iri. Kesimpulannya adalah bahwa kaum Nasrani telah melewati batas hukum sehingga mereka mensifati Nabi Isa, ‘Alaihi as’Salaam, dengan sifat-sifat ketuhanan. Kaum Yahudi telah berbuat semena – mena (sembrono) sehingga mereka mensifati para Rasul dengan sifat-sifat yang dapat mengurangi derajat luhur mereka. Sedangkan umat Muhammad tidak melewati batas dan juga tidak semena – mena sembrono, atau dengan kata lain, umat Muhammad telah mengambil keputusan tengah-tengah.
Ketahuilah sesungguhnya tidak ada nabi yang perempuan atau budak. Adapun pendapat yang mengatakan tentang sifat kenabian pada 6 (enam) perempuan adalah pendapat yang Marjuh. 6 (enam) perempuan tersebut adalah Maryam, Asiah, Hawa, Ibu Nabi Musa yang bernama Yuhanadz, Hajar dan Sarah. Adapun Lukman bukanlah termasuk nabi karena ia dulunya adalah seorang budak, kemudian dimerdekakan. Akan tetapi Lukman adalah murid para nabi karena ada riwayat bahwa Lukman berguru kepada 1000 nabi, seperti yang dikatakan oleh Iwadh al-Ghomrowi.
َلمَْ يَكُنْ فىِ اْلأَنْبِيَاءِ أُنـْثَى وَلاَ ** عَبْدٌ وَمجَْنـُوْنٌ وَشَخْصٌ خُبِل
Tidak ada nabi yang perempuan, budak, orang gila, dan orang yang memiliki anggota tubuh yang rusak atau orang yang gila.
لُقْمَانُ ذُوْ الْقَرْنـَينِْ كَانَا أَتْقِيَاءُ ** وَلمَْ يَكُوْنَا فىِ الأَْنَامِ أَنْبِيَا
Lukman dan Dzul Qornain adalah termasuk orang-orang yang takwa. Keduanya bukanlah termasuk nabi menurut para ulama.
Perkataan “خبلا “adalah dengan Binak Majhul yang berarti orang yang rusak anggota tubuhnya atau orang yang hilang akalnya. Perkataan “الأنام فى “berarti menurut para ulama.
Perkataan Syeh Ahmad al-Marzuki, “جائز “berkedudukan sebagai Mubtadak. Lafadz “حقھم فى “memiliki hubungan ta’alluk dengan lafadz yang terbuang yang menjadi sifat bagi lafadz “جائز,“ seperti perkataan Ibnu Malik dalam .“ورجل من الكرام عندنا” ,Khulashoh-al kitab Lafadz “عرض من “adalah khobar lafadz “جائز “dimana lafadz “من “memiliki arti “بعض “atau sebagian. Arti demikian ini lebih mendekati madzhab az- Zamahsyari yang menjadikan huruf “من “yang berarti sebagian sebagai kalimah Isim yang berarti “بعض “yang berarti sebagian. Arti demikian ini adalah lebih baik dilihat dari segi artinya. Memungkinkan juga lafadz “ من عرض “berkedudukan sebagai Mubtadak, seperti Firman Allah
قوله تعالى يحلون فيها من أسارو
فى ” Lafadz”. یحلون فیھا من أساور” ,aala’Ta حقھم “boleh memiliki hubungan atau Ta’alluk dengan lafadz “جائز .“Dengan demikian lafadz “جائز “adalah Mubtadak Nakiroh yang tidak disandarkan pada Nafi atau Istifham dan juga tidak ditakhsis dengan sifat. Struktur kalam seperti ini hukumnya adalah jarang atau sedikit. Berbeda dengan Imam Akhfasy dan ulama Kufah yang memperbolehkan struktur kalam seperti itu tanpa menganggapnya sebagai struktur kalam yang jelek. Adapun ulama-ulama Bashroh melarangnya.
NAZHAM KETIGA BELAS [13]
عِصْمَتـُهُمْ كَسَائِرِ الْمَلاَ ئِكَهْ # وَاجِبَةٌ وَفَاضَلُوا الْمَلاَ ئِكَهْ
Ishmah pada para nabi dan rasul, seperti ishmah pada para malaikat, ** adalah hal yang wajib. Para nabi dan rasul mengungguli para malaikat.
Maksud nazham di atas adalah bahwa diwajibkan bagi setiap mukallaf untuk meyakini bahwa ishmah (penjagaan) wajib ada bagi seluruh nabi dan rasul sebagaimana ishmah itu wajib ada bagi seluruh malaikat ‘alaihim as-sholatu wa as-salaamu. Ishmah menurut bahasa berarti penjagaan. Sedangkan menurut istilah, ishmah berarti penjagaan Allah kepada para Nabi dan Rasul dari dosa serta kemustahilan terjadinyloa dosa dari mereka.
Makhluk Perkataan Syeh Ahmad Marzuki “الملائكة وفاضلوا “berarti bahwa sesungguhnya para Nabi dan Rasul adalah lebih utama atau unggul daripada para malaikat. Yang paling unggul dari kalangan para Nabi dan Rasul adalah Nabi Kita, Muhammad, shollallahu ‘alaihi wa sallama. Kemudian setelah beliau adalah Nabi Ibrahim, kemudian Nabi Musa, kemudian Nabi Isa, kemudian Nabi Nuh. Mereka semua adalah para nabi yang mendapat julukan Ulul Azmi yang berarti bahwa mereka adalah para nabi yang menanggung kesabaran besar dan beban yang berat. Diwajibkan bagi mukallaf mengetahui urutan tingkatan keunggulan mereka, seperti yang telah disebutkan. Nabi Adam bukanlah termasuk para nabi yang berjuluk Ulul Azmi karena Firman Allah,
لقوله تعالى ولم نجد له عزما
“Dan Kami tidak mendapati kesabaran dari diri Adam.” (QS. Thoha: 115)
Urutan keunggulan berikutnya setelah Ulul Azmi adalah para rasul lain, kemudian para nabi yang tidak diangkat sebagai rasul. Mereka memiliki tingkat keunggulan yang berbeda-beda di sisi Allah. Setelah mereka adalah malaikat- malaikat pemimpin, seperti Malaikat Jibril, Para Malaikat Hamalatul Arsy (penggotong Arsy). Saat ini, para malaikat Hamalatul ‘Arsy ada 4 (empat) malaikat. Kemudian ketika Hari Kiamat telah datang maka Allah akan menguatkan mereka berempat dengan 4 (empat) malaikat lain. Allah berfirman,
قال تعالى ويحمل عرش ربك فوقهم يومئذ ثمانية
“Pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas kepala mereka.” (QS. Al-Khaaqo: 17). Dan seperti para malaikat Karubiyun. Mereka adalah para malaikat yang mengelilingi ‘Arsy dan memutar-mutarinya. Mereka disebut dengan Karubiyun karena mereka adalah para malaikat yang terus- menerus berdoa agar karbu (kesusahan) umat dihilangkan. Ada yang mengatakan bahwa alasan mengapa mereka disebut Karubiyun adalah tidak seperti alasan yang telah disebutkan.
Setelah mereka adalah para wali dari kalangan manusia selain para nabi, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan para sahabat lain karena sabda Rasulullah
لقوله صلى االله عليه وسلم إن االله اختار أصحابى على العاليمن سوى النبيين والمرسل
Sesungguhnya Allah telah memilih para sahabatku lebih unggul daripada sekalian alam ini kecuali para Nabi dan para Rasul.” Setelah para wali dari kalangan manusia adalah para malaikat umumnya, kemudian para manusia umumnya. Demikian ini adalah urutan yang dikatakan oleh sebagian para ulama. Akan tetapi Syekh Tajuddin as- Subki berkata, “Mengunggulkan manusia dibanding malaikat adalah termasuk hal yang tidak wajib diyakini dan tidak bahaya jika tidak diketahui. Jawaban yang selamat adalah diam tidak membahas masalah ini. Masuk dalam bah asan mengunggulkan antara dua golongan, yaitu manusia dan malaikat, tanpa adanya dalil yang pasti termasuk masuk dalam bahaya yang besar dan masuk dalam memberikan hukum tentang permasalahan yang kita bukanlah ahli dalam menghukuminya.”
NAZHAM KEEMPAT BELAS [14]
والْمُسْتَحِيْلُ ضِدُّكُلِّ وَاجِبٍ # فَاحْفَظْ لخَِمْسِينَْ بحُِكْمٍ وَاجِبٍ
Sifat-sifat muhal adalah kebalikan dari sifat-sifat wajib. ** Hafalkanlah 50 akidah dengan menetapi hukum yang wajib.
Sifat-sifat Muhal Maksud nazham di atas adalah bahwa diwajibkan bagi setiap mukallaf untuk meyakini bahwa sifat-sifat yang mustahil atau muhal bagi Allah dan rasul-Nya adalah sifat-sifat kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi-Nya dan Rasul-Nya. Dengan demikian jumlah sifat-sifat muhal bagi Allah dan Rasul- Nya berjumlah sama dengan jumlah sifat-sifat wajib, yaitu 20.
Syeh Iwadh Ghomrowi telah menadzomkan 20 sifat muhal.
أَضْدَادُهَا عِشْرُوْنَ مِثـْلُهَا أَتَتْ * لِكُلِّ وَصْفٍ نَاقِضٍ فِيْمَا ثـَبَتْ
وَهْىَ الْعَدَمْ حُدُوْثُهُ كَذَا الْفَنَا * وَكَوْنُهُ ممَُاثِلاً جَلَّ لَنَا
وَعَدَمُ الْقِيَامِ أَوْ تـَعْدَادُه * وَعَجْزُهُ عَنْ ممُْكِنٍ إِيجَْادَهُ
كَذَا كَرَاهَةٌ وَجَهْلٌ صَمَمٌ * وَالْمَوْتُ أَيْضًا وَالْعَمَى وَاْلبُكْمُ
وَمَا بَقِى مِنْ ضِدِّهَا قَدْ بَانَ * مِنْ ذَا فـَلَيْسَ يـَقْبَلُ الْبـَيَانَا
وَأَوْجِبنَْ لِلأَْنْبِيَا الأَْمَانَهْ * وَالصِّدْقَ وَالتَّبْلِيْغَ وَالْفَطَانَةْ
وَضِدُّهَا أَحِلَّهُ كَالخِْيَانَهْ * كَذَا الْكِذْبُ كِتْمَانـُهُمْ دِيَانَهْ
بَلاَ دَةٌ فَذَا الَّذِى قَدْ وَجَبَا * لِلّهِ وَالرُّسْلِ الْكِرام نجبا
Perkataan Syeh Iwadh Ghomrowi ‘أضدادھا ‘berarti kebalikan sifat-sifat wajib yang telah disebutkan. Dengan demikian isim dhomir yang ada dalam lafadz tersebut merujuk pada lafadz ‘الواجبات ‘yang berarti sifat-sifat wajib.
Wallahu A’lam Bishowab