Penjelasan Bait ke 10 & 11 dari Kitab Nur Azh-Zhalam (Syarh Aqidatul Awam)
Rangkuman Ngaji Pasanan
Kitab Nur Azh-Zhalam (Syarh Aqidatul Awam)
Karya Syaikh Nawawi al-Bantani
Oleh DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA.
24 April 2021/ 12 Ramadan 1442
َجَائِزٌ بِفَضْلِهِ وَعَدْلِهِ تـَرْكٌ لِكُلِّ
ممُْكِنٍ كَفِعْلِه
NAZHAM KESEPULUH [10]
Allah memiliki sifat jaiz, yaitu Dia] boleh [menciptakan] segala sesuatu yang mungkin dan [tidak menciptakannya] dengan anugerah- Nya dan keadilan-Nya. Sifat Jaiz Allah Maksudnya adalah bahwa wajib bagi setiap mukallaf meyakini bahwa Allah boleh saja menciptakan kebaikan dan keburukan, dan Dia boleh saja menciptakan keislaman pada diri Zaid dan kekufuran pada diri Umar, dan Dia boleh saja menciptakan berilmu pada diri salah satu dari Zaid dan Umar dan kebodohan pada salah satu yang lainnya dari mereka. Pemberian pahala dari Allah Ta’aala kepada hamba yang taat adalah bentuk anugerah dari-Nya dan pemberian siksa dari-Nya kepada hamba yang durhaka adalah bentuk keadilan dari-Nya karena Dia adalah Yang memberikan manfaat dan Yang memberikan bahaya. Adapun ketaatan dan kemaksiatan-kemaksiatan hanya sebatas tanda bahwa Allah akan memberikan pahala dan siksaan bagi hamba yang bersifatan dengan mereka. Barang siapa yang Allah inginkan keberuntungannya maka Dia akan memberikan taufik kepadanya dengan ketaatan kepada-Nya. Dan barang siapa yang Dia inginkan celakanya maka Dia akan menciptakan kemaksiatan pada dirinya. Dengan demikian segala sesuatu yang berupa perbuatan- perbuatan baik dan buruk adalah atas dasar ciptaan Allah karena Dia Ta’aala menciptakan hamba dan amal yang hamba lakukan.
قال تعالى واالله خلقكم وما تعملون Allah Ta’aala
berfirman, “Allah telah menciptakan kalian dan amal yang kalian lakukan.” (QS. As-Shooffaat: 96)
Dengan demikian Allah adalah Dzat yang menjadi sumber bagi kemanfaatan dan keburukan. Oleh karena itu tidak ada kebaikan, keburukan, kemanfaatan, dan bahaya, kecuali dinisbatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Jadi, seorang hamba hendaknya hanya berpedoman kepada Allah saja dan tidak berharap dan tidak takut kepada selain-Nya.
Dikisahkan dari sayyidina Musa ‘alaihi as-sholatu wa as-salaamu bahwa ia mengeluhkan sakit gigi kepada Allah. Kemudian Allah berkata kepadanya, “Ambillah rumput jenis ini! Kemudian letakkan rumput itu di atas gigimu yang sakit!” Kemudian ia pun mengambil rumput itu dan meletakkannya di atas giginya yang sakit. Tiba-tiba rasa sakitnya hilang seketika. Beberapa saat kemudian, rasa sakit itu kambuh lagi. Kemudian ia mengambil rumput itu lagi dan meletakkannya di atas giginya yang sakit tetapi rasa sakitnya malah bertambah. Kemudian ia meminta tolong kepada Allah, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Bukankah Engkau telah memerintahkanku untuk meletakkan rumput ini di atas gigiku dan bukankah Engkau yang telah menunjukkanku untuk melakukan ini?” Allah menjawab, “Hai Musa! Aku adalah Dzat yang menyembuhkan. Aku adalah Dzat yang melindungi dari penyakit. Aku adalah Dzat yang memberi bahaya. Dan Aku adalah Dzat yang memberi manfaat. Mula-mula kamu menuju-Ku. Kemudian Aku menghilangkan rasa sakitmu. Tetapi kini kamu menuju rumput itu dan tidak menuju-Ku.”
Setelah Syeh Ahmad Marzuki selesai menjelaskan tentang sifat-sifat yang berkaitan dengan Allah maka ia mulai menjelaskan tentang sifat-sifat yang berkaitan dengan para rasul-Nya.
NAZHAM KESEBELAS
أَرْسَلَ أَنْبِيَا ذَوِى فَطَانَهْ # بِالصِّدْقِ وَالتَّبْلِيْغِ وَالأَْمَانَه
Ia berkata; [11] Allah telah mengutus para nabi yang memiliki sifat Fathonah, Shidiq, Tabligh, dan Amanah.
Sifat Wajib Bagi Rasul Maksud nadham di atas adalah bahwa diwajibkan bagi setiap mukallaf meyakini bahwa Allah telah mengutus kepada seluruh mukallaf para nabi yang diangkat menjadi rasul, yang disifati dengan 4 (empat) sifat wajib bagi mereka, yaitu:
1 Fathonah, yang berarti cerdas, sekiranya para nabi dan rasul memiliki kemampuan memberikan keputusan dalam perselisihan, menanggapi bantahan umat yang tidak mempercayai mereka, dan mampu membantah dakwaan- dakwaan yang ditujukan kepada mereka
2 Shidiq, yang berarti jujur sekiranya semua berita yang para nabi dan rasul sampaikan adalah sesuai dengan kenyataan. Kebalikan sifat Shidiq adalah Kidzib yang berarti berbohong. Adapun pengertian “Haq atau benar” adalah kesesuaian kenyataan pada berita yang disampaikan. Kebalikan Haq adalah bathil.
3 Tabligh, yang berarti menyampaikan, maksudnya para rasul menyampaikan apa yang mereka diperintahkan untuk menyampaikannya kepada makhluk.
4 Amanah, yang berarti dapat dipercaya, maksudnya para nabi dan rasul terjaga secara dzhohir dan batin dari keharaman dan hal yang makruh.
Ketahuilah! Sesungguhnya 4 sifat di atas adalah sifat-sifat wajib bagi para rasul. Sedangkan para nabi juga memiliki sifat-sifat wajib di atas kecuali sifat tabligh dan kebalikannya karena mereka tidak menyampaikan apapun kepada makhluk karena setiap nabi belum tentu adalah seorang rasul maka sifat tabligh hanya khusus bagi rasul. Meskipun para nabi tidak diperintahkan menyampaikan berita dari Allah tetapi mereka diwajibkan menyampaikan kepada makhluk tentang kenabian mereka agar mereka dimuliakan dan diagungkan.
Perkataan Syekh Ahmad al- Marzuki, “أنبیا ,“adalah dengan membuang huruf Hamzah Mamdudah. adalah” ذوى الفطانة” Perkataannya dengan Fathah pada huruf Dzaal dan kasroh pada huruf Wawu, maksudnya adalah “orang-orang yang memiliki sifat Fathonah.” Lafadz “ذوى “adalah menjadi sifat bagi lafadz “أنبیا .“Lafadz “ذوى “adalah dibaca I’rob nashob dengan tanda nashob Yaa karena Jama’ Mudzakar Salim.
Wallahu A’lam Bishowab