SEKILAS INFO
  • 2 tahun yang lalu / Penerimaan Peserta Didik Baru
  • 3 tahun yang lalu / Selamat Datang di Website Resmi Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan
WAKTU :

Penjelasan Bait ke 9 dari Kitab Nur Azh-Zhalam (Syarh Aqidatul Awam)

Terbit 22 April 2021 | Oleh : Admin | Kategori : Pasanan
Penjelasan Bait ke 9 dari Kitab Nur Azh-Zhalam (Syarh Aqidatul Awam)

Rangkuman Ngaji Pasanan
Kitab Nur Azh-Zhalam (Syarh Aqidatul Awam)
Karya Syaikh Nawawi al-Bantani
Oleh DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA.
22 April 2021/ 10 Ramadan 1442

فـَقُدْرَةٌ إِرَادَةٌ سمَْعٌ بَصَرْ ,* حَيَاةُنِ اسْتَمَرْ نِ الْعِلْمُ كَلاَ مُ

Kemudian Syekh Ahmad Marzuki mulai menjelaskan sifat-sifat ma’aani. Ia berkata; [9] [Sifat-sifat ma’aani adalah] sifat Qudroh, Irodah, Samak, Bashor, Hayaat, Ilmu, dan Kalaam yang kekal [dan tidak akan pernah terputus]. Sifat-sifat Ma’aani Maksudnya ketika kamu ingin mengetahui rincian sifat-sifat ma’aani yang berjumlah 7 (tujuh) maka aku berkata kepadamu bahwa sifat-sifat ma’aani adalah Qudroh dan seterusnya. Masing-masing dari 7 (tujuh) sifat-sifat ma’aani memiliki 7 (tujuh) tuntutan kecuali sifat Hayaat karena hanya memiliki 6 (enam) tuntutan.

Sifat Qudroh (kuasa) memiliki 7 tuntutan, yaitu kita bersaksi dan meyakini bahwa Qudroh Allah adalah
(1) Maujudah
(2) Qodimah
(3) Baaqiyah (kekal)
(4) Berbeda dengan qudroh kita yang ada karena diciptakan
(5) Tidak membutuhkan pada yang mewujudkan
(6) Wahidah (satu)
(7) Berhubungan secara menyeluruh kepada seluruh hal-hal yang mungkin (mumkinaat).

Sifat Irodah (berkehendak) memiliki 7 tuntutan, yaitu kita bersaksi dan meyakini bahwa sifat Irodah Allah adalah
(1) Maujudah
(2) Qodimah
(3) Baaqiyah (kekal)
(4) Berbeda dengan irodah kita yang ada karena diciptakan
(5) Tidak membutuhkan pada yang mewujudkan
(6) Wahidah (satu)
(7) Berhubungan secara menyeluruh kepada seluruh hal-hal yang mungkin (mumkinaat).

Sifat Sama’ (mendengar) memiliki 7 tuntutan, yaitu kita bersaksi dan meyakini bahwa sifat’ Allah adalah
(1) Maujud
(2) Qodim
(3) Baqi (kekal)
(4) Berbeda dengan samak kita yang ada karena diciptakan
(5) Tidak membutuhkan pada yang mewujudkan
(6) Wahid (satu)
(7) Berhubungan secara menyeluruh kepada seluruh hal- hal yang wujud, baik berupa dzat-dzat atau suara-suara.
Dengan demikian dzatmu, misalnya, adalah hal yang jelas dengan sifat Sama’ Allah Ta’aala. Sifat Bashor (melihat) memiliki 7 tuntutan, yaitu kita bersaksi dan meyakini bahwa sifat Bashor Allah adalah
(1) Maujud
(2) Qodim
(3) Baqi (kekal)
(4) Berbeda dengan bashor kita yang ada karena diciptakan
(5) Tidak membutuhkan pada yang mewujudkan
(6) Wahid (satu)
(7) Berhubungan secara menyeluruh kepada seluruh hal- hal yang wujud.

Sifat Hayaat (hidup) memiliki 6 tuntutan, yaitu kita bersaksi dan meyakini bahwa sifat Hayaat Allah adalah
(1) Maujudah
(2) Qodimah
(3) Baaqiyah (kekal)
(4) Berbeda dengan hayaat kita yang ada karena diciptakan
(5) Tidak membutuhkan pada yang mewujudkan
(6) Tidak memiliki hubungan dengan apapun.

Sifat Ilmu (mengetahui) memiliki 7 tuntutan, yaitu kita bersaksi dan meyakini bahwa sifat ilmu Allah adalah
(1) Maujud
(2) Qodim
(3) Baqi (kekal)
(4) Berbeda dengan ilmu kita yang ada karena diciptakan
(5) Tidak membutuhkan pada yang mewujudkan
(6) Wahid (satu)
(7) Berhubungan secara menyeluruh kepada seluruh hal- hal yang wajib wujud, boleh wujud dan tidaknya, dan muhal wujud.

Sifat Kalam (berfirman) memiliki 7 tuntutan, yaitu kita bersaksi dan meyakini bahwa sifat kalam Allah adalah
(1) Maujud
(2) Qodim
(3) Baqi (kekal)
(4) Berbeda dengan kalam kita yang ada karena diciptakan
(5) Tidak membutuhkan pada yang mewujudkan
(6) Wahid (satu)
(7) Berhubungan secara menyeluruh kepada seluruh hal- hal yang wajib wujud, boleh wujud dan tidaknya, dan muhal wujud.
Kebenaran Firman Allah Yang wajib wujud adalah Dzat Allah, Sifat-sifat-Nya, dan Nama-nama- Nya. Yang mustahil wujud adalah sekutu bagi-Nya, anak dari-Nya, dan kekurangan-kekurangan bagi-Nya. Yang boleh wujud dan tidaknya adalah dzat-dzat, sifat-sifat, dan nama-nama kita.

Dengan demikian Kalam Allah yang menunjukkan wajib wujud adalah seperti, لا إله إلا أنا “Aku adalah Allah. Tidak ada tuhan selain Aku.” Kalam-Nya yang menunjukkan mustahil adalah seperti, أنا االله ثالث ثلاثة “Aku adalah Allah yang ketiga dari tiga tuhan.” Kalam-Nya yang menunjukkan boleh wujud dan tidaknya adalah seperti, االله خلقكم وما تعملون “Allah telah menciptakan kalian semua dan apa yang kalian ketahui.” Perkataan Syeh Ahmad Marzuki “استمر “berarti bahwa Kalam (Firman) Allah Ta’aala adalah kekal dan tidak akan pernah terputus. Adapun makna Firman Allah, وكلم االله موسى تكليما “Dan Allah telah berfirman kepada Musa dengan sebenar-benarnya berfirman,” maka bukan berarti bahwa Allah mengawali Firman-Nya kepada Musa setelah Dia diam, kemudian setelah Dia mengfirmankan Firman-Nya kepadanya maka Firman-Nya terputus dan diam. Maha Suci Allah dari demikian itu.
قال أوحى االله إلى موسى
عليه السلام إنى جعلت فيك عشرة آلاف سمع حتى سمعت كلامى وعشرة آلاف لسان حتى أجبتن
Adapun makna Firman- Nya itu adalah bahwa sesungguhnya Allah telah menghilangkan penghalang dari Musa ‘alaihi wa as-salam dan telah menciptakan sifat mendengar dan kuat baginya sehingga ia menemukan Firman-Nya yang qodim, kemudian Dia menjadikan penghalang lagi setelah Firman-Nya tersampaikan sebelum Musa mendengar Firman-Nya. Demikian ini adalah makna Kalam atau Firman Allah kepada para penduduk surga. Tabrani meriwayatkan dari Ibnu Jubair dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bahwa beliau berkata, “Allah memberikan wahyu kepada Musa ‘alaihi as-salam
, أن االله كلم موسى بمائة ألف وأربعين ألف كلمة ‘Sesungguhnya Aku telah menjadikan 10.000 pendengaran dalam dirimu sehingga kamu bisa mendengar Kalam-Ku dan 10.000 lisan sehingga kamu menjawab Kalam-Ku.” Al-Qodhoi meriwayatkan bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman kepada Musa dengan 140.000 kalimat. Maksud riwayat al-Qodhoi ini adalah bahwa Musa memahami arti atau makna yang dinyatakan dengan jumlah kalimat tersebut dengan sekiranya penghalang dihilangkan dari Musa, bukan jumlah kalimat tersebut termasuk bagian dari sifat Kalam.

Wallahu A’lam Bishowab

SebelumnyaPenjelasan Bait ke 6, 7 dan 8 dari Kitab Nur Azh-Zhalam (Syarh Aqidatul Awam) SesudahnyaZakat Uang

Berita Lainnya

0 Komentar

Lainnya