MUKADIMAH(2) Bait Pertama Kitab Nur Azh-Zhalam
Rangkuman Ngaji Pasanan
Kitab Nur Azh-Zhalam (Syarh Aqidatul Awam)
Karya Syaikh Nawawi al-Bantani
Oleh DR. K.H. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA.
14 April 2021/ 2 Ramadan 1442
أبدأ باسم الله والرحمن* و بالرحيم دائم الإحسان
Dalam mengarang nazham ini diawali dengan memohon pertolongan dari Allah SWT.
Imam Al-Baijuri mengingatkan bahwa menyebut nama Allah di dalam nazham ini adalah sebuah karangan yang berbeda dari karangan pada umumnya.
Pada umumnya, bismillah disebutkan dalam sebuah kitab atau karya ilmiah karena apabila tidak menyebutkan bismillah maka karya tersebut tidak sempurna karena berisi kebaikan. Sedangkan dalam kitab sya’ir jarang menyebut nama Allah di awal bait.
Patut diketahui bahwa sebuah nama (isim) adalah sebuah keadaan yang dinamakan itu sendiri’ (Ain al-Musamma)
Allah berfirman QS. Al-A’la : 1
سبح اسم ربك
“Menyebutlah tasbih dengan menyebut nama Tuhanmu”
Hal ini berarti bahwa namanya tasbih, isinya pun menyebut lafal subhanallah itu sendiri.
Dan dikatakan bahwa isim yaitu selain yang dinamakan (Ghairu al-Musamma)
Firman Allah QS. Thaha : 8
له الأسماء الحسنى
“Bagi Allah nama-nama yang baik”
Lahu adalah untuk Allah.
Namanya Allah, tapi bukan kata Allah melainkan sifat-sifat Allah al- Wadud, al-Rauf, al-Mutakabir. Maka inilah isim Ghairu al-Musamma (selain yang dinamakan). Sehingga secara hakikatnya, Isim itu Ghairu al-Musamma.
Imam Suyuthi berkata bahwa makna Allah adalah Dzat Rahman dan Dzat Rahim
Makna Rahman adalah Dzat yang agung dan Maha Memberi yang terus menerus di dunia dan akhirat.
Sedang makna Rahim adalah Dzat pemberi yang menutup seluruh kefakiran dan ketidakberdayaan.
Menurut Imam As-Showi, Ar-Rahman : Dzat yang memberi seluruh nikmat. Yaitu mengenai berapa dan bagaimana nikmat Allah. Ini meliputi nikmat di dunia dan akhirat, nikmat zhahir dan batin.
Ar-Rahim adalah Dzat yang memberi nikmat selembut-lembutnya nikmat atas jumlah dan caranya, baik di dunia maupun di akhirat, zhahir maupun batin.
Lembut-lembutnya nikmat adalah segala yang menjadi cabang dari usul yang berupa keagungan, sebagaimana bertambahnya iman, ilmu, makrifat, taufik, kesehatan, pendengaran, dan penglihatan. Hal tersebut seringkali tidak kita sadari karena sungguh begitu lembutnya nikmat Allah.
Menurut Ahmad Al-Malawi
“Makna Ar-Rahman lebih jelas dalam penyampaiannya dari pada Ar-Rahim.
Hal ini dikarenakan Rahman-Rahim adalah dari rumpun yang sama, namun berbeda makna. Karena kedua lafal tersebut musytaq (pecahan dari satu kata menjadi kata dengan makna lain karena terdapat tambahan huruf pada kata tersebut).”
Makna Ar-Rahman : Dzat yang memberi nikmat yang sangat jelas dalam rahmat, tiada yang pantas memiliki sifat ini kecuali Allah, adapun kealamiahan selain-Nya hanya bersifat mendukung.
Makna Ar-Rahim : Dzat yang menunjukkan kemuliaan-Nya dengan sesuatu yang lembut sebagai penyempurna.
Penyampaian yang lebih jelas tergantung pada bilangannya isim.
Dengan demikian dikatakan
Ya Rahman Wahai Dzat yang memberikan rahmat-Nya di dunia.
Sesungguhnya sifat Rahman lebih umum di dunia karena Rahmat Allah untuk orang mukmin dan orang kafir. Adapun sifat Rahim tidak dikhususkan kepada orang kafir, tetapi dikhususkan untuk orang mukmin.
Dengan demikian dikatakan pula
Ya Rahman Wahai Dzat yang Memberi belas kasih di akhirat, Ya Rahim Wahai Dzat yang memberi belas kasih di dunia.
Karena sesungguhnya nikmat akhirat itu abadi. Sedangkan nikmat akhirat dunia itu agung tapi hina.
Menurut Imam Baidowi:
Nikmat-Nikmat Allah tidak bisa dihitung dengan hitungan dunia dan akhirat.
Nikmat dunia itu ada dua jenis, yaitu
1. Pemberian
Pemberian ini berupa ruhani dan jasmani. Pemberian Ruhani sebagaimana kita diberi oleh Allah nyawa, kemuliaan dengan akal, kekuatan dalam memahami, berfikir, dan berucap.
Pemberian Jasmani sebagaimana penciptaan tubuh manusia, kekuatan dengan kesehatan tubuh, dan sempurnanya anggota tubuh.
2. Upaya
Upaya di dunia yaitu mensucikan jiwa dari sesuatu yang hina, menghiasi jiwa dengan akhlak mulia yang ridhai oleh Allah, menghiasi jiwa dengan sifat yang bagus, menghias diri dengan pakaian yang layak dan bagus.
Upaya akhirat yaitu memohon ampun atas dosa-dosa dan mencari ridha dari Allah supaya mendapatkan tempat kembali di surga bersama malaikat-malaikatNya.
Adapun akhir bait yaitu lafal (daimil ihsani) adalah tambahan dari Syaikh Ahmad al-Marzuqi al-Maliki sebagai penyempurna bait.
Wallahu A’lam bi Showab