Muqoddimah Muallif
Rangkuman Ngaji Pasanan
Kitab Al- Ulama’ Al Mujaddidun
Karya : Syaikh K.H. Maimoen Zubair
Senin, 12 April 2021
بسم الله الرحمن الرحيم
Muqoddimah Muallif
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai Tibyan atau penjelas dan memberikan petunjuk kepada manusia supaya membedakan antara perkara hak dan batil. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada orang yang telah diturunkan kepadanya Al-Qur’an yakni Nabi Muhammad SAW di bulan ramadhan, dengan perantara malaikat Jibril yang mendapatkan gelar Al-Amin (bisa dipercaya). Yang mana Jibril, Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul dengan hati yang bersih dan tetap sumbernya Al-Qur’an yang asli. Maka menjadi jelas maknanya Al-Qur’an yang menghendaki kebiasaan dalam pergerakannya atau selainnya, baik lisan maupun anggota yang lainnya. Maka akhlaknya Nabi Muhammad SAW itu akhlaknya Al-Qur’an dan pribadi dari Nabi itu pemaaf.
Dan semoga rahmat ta’dzhim semoga tetap kepada keluarga Nabi yang disucikan dari dosa besar dan syirik dan sesuatu yang buruk. Dan semoga rahmat ta’dzhim semoga tetap kepada sahabatnya Nabi yang diibaratkan seperti bintang-bintang dilangit, yang akan mencari petunjuk dari sebab petunjuknya sahabat, selagi tidak hilang cahaya hidayahnya, yang menyinari dalam perjalanan dan perkumpulan umat, dari satu generasi kepada generasi lain, sepanjang masa dan zaman.Sehingga terjaga pelaksanaan makna mukjizatnya Al-Qur’an bagi umat dalam keadaan dan perjalanan umat didunia. Yang mencocokkan sesuatu dan menunjukan Al-Qur’an kepada umat, pada masa keemasan, dan dipuji Rosulullah, dengan baik dan bagus diantara masa dan zaman.
Amma Ba’du.
Maka dari perkara yang tidak samar bagi setiap mukmin, sesungguhnya Allah menjadikan Al-Qur’an untuk diikuti didalam seluruh pekerjaan dan ucapannya, serta seluruh perjalanannya, baik individual atau kemasyarakatan/ sosial. Dengan demikian menjadi nyata makna mengikuti ittiba’nya dari Rasullulah SAW. Yang digambarkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 7 :
وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”.
Maka sebagaimana Al-Qur’an dapat dibaca ataupun didengarkan dengan telinga. Dan juga menjadi tetap atau tertambat didalam lubuk hati. Allah SWT telah memilih dari hambanya yang terpilih dari beningnya hati dan tersinari dzahir dan batinnya dari Al-Qur’an. Yaitu Ulama’ yang disebut Khowasshul Khowwashi yang mana seluruh perbuatan dan ucapannya itu memberi manfaat atau faidah dari petunjuk atau pemehaman Al-Qur’an. Yang wajib atau berhak dijadikan panutan oleh umat dan mayoritas dari mereka adalah cucu dan keturunnya Rosul.
Dan dari sunnatullah dalam perjalanan umat dari umat yang pertama/awal hingga generasi yang terakhir. Bahwa Allah SWT memperbaharui atau menyegarkan agar bisa menjadi solusi sementara kebodahan dan bid’ah yang hina dan yang terus merebak. Seperti contoh pada zaman sahabat yang tidak menulis atau mencatat didalam lembaran kertas kecuali Al-Qur’an sebab cukup sebagai penjelas di kesehariannya.
Seperti dalam QS. Al-Baqarah Ayat 97 :
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.”
Begitulah gambaran umat pada kurun pertama, sahabat langsung mendengarkan Al-Qur’an dari Nabi yang kemudian masuk dan mengakar hingga dada sahabat dan mendapat barokah dari cahaya wajah Nabi.
والله أعلم بالصواب